Kenaikan Suku Bunga AS Perlambat Ekonomi, Ini Dampaknya Bagi RI

Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi).
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Perekonomian global pascapandemi COVID-19 masih belum stabil dan masih sangat rentan. Hal itu akibat sejumlah dinamika dan gejolak geopolitik yang terjadi, seperti misalnya konflik antara Rusia-Ukraina.

Sri Mulyani Proyeksi Ekonomi Global Tahun Ini Stagnan pada Level yang Rendah

Dengan demikian, goncangan inflasi yang berat bagi sejumlah negara tidak dapat dihindarkan, termasuk bagi Amerika Serikat (AS). Karenanya, Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, menjadi 1,5 sampai 1,75 persen guna menangkal dampak inflasi tersebut.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro mengakui, ancaman inflasi sudah berada di depan mata AS. Diambilnya kebijakan menaikkan suku bunga oleh The Fed sebagai upaya menanganinya, diyakini juga akan berdampak langsung ke perekonomian AS sendiri.

Melemah di Level Rp 16.220 per Dolar AS, Rupiah Diproyeksi Menguat

Baca juga: Survei Sebut Kenaikan Harga Sudah Dirasakan Masyarakat, Apa Faktanya?

"Dampak dari kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed ini sudah diprediksi akan mendorong penurunan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat secara lebih agresif lagi," kata Andry dalam telekonferensi di Macroeconomic Outlook Bank Mandiri, Rabu 22 Juni 2022.

Kenaikan Tarif Cukai Disarankan Moderat Menyesuaikan Inflasi agar Tidak Suburkan Rokok Ilegal

Hal itu menjadi perhatian khusus bagi The Fed sendiri, sebagai imbas langsung dari langkah menaikkan suku bunga tersebut. Karenanya, mereka pun juga segera mengoreksi target pertumbuhan ekonomi AS yang telah dipatok pada Maret 2022 lalu, dengan menurunkannya hingga mencapai angka 1 persen.

"Proyeksi Maret 2022, The Fed masih memasang target pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat berada di 2,8 persen. Tapi sekarang di-cut hampir 1 persen menjadi 1,7 persen," ujarnya.

Dia mengakui, perlambatan ekonomi AS akibat kenaikan suku bunga The Fed juga akan berdampak bagi Indonesia. Dampak yang harus menjadi perhatian serius karena akan berimbas secara langsung dan signifikan, adalah terhadap aliran ekspor Indonesia ke AS.

Federal Reserve Bank of New York

Photo :
  • Tangkapan Layar

"Kalau kita lihat refleksi dari perkembangan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang turun ke 1,7 persen itu, tentu saja memiliki impact terhadap Indonesia. Terutama yakni terhadap aliran ekspor Indonesia ke Amerika Serikat, karena ini adalah tantangan dari sisi fundamentalnya. Jadi memang situasi inilah yang akan kita hadapi dalam satu sampai dua tahun mendatang," ujarnya.

Diketahui, sebelumnya para Bank Sentral di sejumlah negara juga telah menaikkan suku bunga acuannya, sebagai upaya menekan inflasi yang melonjak. 
Pertama, yakni The Federal Reserve (The Fed), yang menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin atau 0,75 persen. Kemudian, ada pula Bank Sentral Inggris (BoE), yang juga menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,25 persen.

Tren ini diperkirakan masih akan terus berlanjut, seiring lonjakan tajam inflasi pada sejumlah harga komoditas global seperti pangan dan energi. 
Sebab, setelah badai pandemi COVID-19 menjadi pemicunya dalam beberapa tahun terakhir, hal itu juga turut diperparah dengan adanya konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya