Harga TBS Sawit Anjlok, Petani Minta Kebijakan Ini Dihapus

Minyak kelapa sawit (CPO) campuran Biodiesel.
Sumber :
  • R Jihad Akbar/VIVAnews.

VIVA – Ekspor Crude Palm Oil (CPO) yang melambat juga mengakibatkan anjloknya harga tandan buah segar (TBS) sawit jadi sorotan petani saat ini. Hal itu dinilai mengganggu kesejahteraan mereka.

Apple Luncurkan iPad Pro Pakai Chipset M4, Segini Harganya

Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) mengungkapkan, fenomena ini dinilai disebabkan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO). Karena itu pada petani sawit mendesak pemerintah untuk menghapuskan kebijakan itu.

Ketua Umum Apkasindo Gulat Manurung mengatakan, saat ini harga rata-rata TBS berada dikisaran Rp845 per kg untuk petani nonmitra dan Rp1.441 per kg untuk petani mitra. Harga TBS bagi petani yang bermitra dengan produsen sawit ini pun masih berada di bawah harga yang ditetapkan Dinas Perkebunan.

Manfaatkan KITE, PT Sukses Komerindo Lepas Ekspor Perdana Sarung Tangan ke Australia

"Begitu tragisnya nasib petani sawit saat ini, hari demi hari (harga TBS) terus berkurang," kata dia dikutip dari keterangannya, Rabu, 29 Juni 2022..

Gulat menjelaskan, selama ini mekanisme perhitungan harga TBS di Indonesia tidak pernah menggunakan komponen biaya produksi atau harga pokok produksi (HPP). Melainkan dengan melihat hasil tender internasional di Rotterdam, yang kemudian di-tender di dalam negeri.

Perkuat Sinergi dan Pertumbuhan Ekonomi, Bea Cukai Jalin Koordinasi dengan Pemerintah Daerah

Petani sawit saat panen di OKU Selatan.

Photo :
  • tvOne/Fellia Salani.

"Harga tender di dalam negeri sangat mencengangkan yaitu hanya Rp8.000, sedangkan harga tender CPO internasional itu mencapai Rp20.400," tutur dia.

Lebih lanjut dia menjelaskan, perbedaan harga TBS di dalam negeri dan internasional ini disebabkan oleh sejumlah aturan yang ditetapkan Pemerintah seperti DMO dan DPO.

"Itu karena beban DMO, DPO, FO, BK dan PE, ini semuanya beban. Maka tergerus lah harga dari Rp20.400 menjadi Rp8.000. Ini sangat mencengangkan. Jadi harga CPO dunia ketika di-tender di Indonesia anjlok lebih dari 60 persen," jelasnya.

Petani pun berharap Pemerintah segera menghapuskan 'beban-beban' yang selama ini membuat harga TBS petani anjlok. Setidaknya, ada dua beban yaitu DMO dan DPO yang bisa segera dihapuskan agar bisa kembali mengerek harga TBS petani di dalam negeri.

"Jadi kalau dibilang anjloknya harga TBS itu karena apa? ya karena beban-beban tadi. Kalau untuk BK (Bea Keluar) dan PE (Pungutan Ekspor) kami setuju tetap dilanjutkan," ungkapnya. 

"Tapi kalau untuk yang 3 beban (DMO, DPO dan FO) itu harus dihapus. Itulah salah satunya cara untuk mendongkrak harga TBS petani. Jadi bukan malah membebani TBS petani dengan berbagai pungutan," tambahnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya