BPS: Neraca Perdagangan RI Juni 2022 Surplus US$5,09 Miliar

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA Bisnis – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono, melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2022 mengalami surplus US$5,09 miliar

Neraca Perdagangan RI Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Mendag: Bagian dari Keberhasilan Kemendag

Dia menjelaskan, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2022 itu terdiri dari nilai ekspor sebesar US$26,09 miliar. Capaian itu naik 21,30 persen secara month-to-month, atau 40,68 persen secara year-on-year (yoy).

Sementara, nilai impor pada Juni 2022 tercatat sebesar US$21 miliar, atau meningkat 12,87 persen secara month-to-month jika dibandingkan capaian Mei 2022.

Mendag Zulhas Tegas Tolak Impor Bawang Merah di Tengah Lonjakan Harga

"Jadi neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2022 ini, kita mencatatkan surplus sebesar US$5,09 miliar," kata Margo dalam telekonferensi, Jumat 15 Juli 2022.

Baca juga: Harga Emas Hari Ini 15 Juli 2022: Global Naik, Antam Amblas

Bea Cukai Langsa Aceh Sita Onderdil Harley Davidson

Margo menjelaskan, berdasarkan komposisi, capaian ekspor US$26,09 miliar pada Juni 2022 itu terdiri dari ekspor non-migas yang meningkat 22,71 persen. Sementara untuk ekspor migasnya juga mengalami peningkatan 2,45 persen.

Sedangkan ekspor Juni 2022 dibandingkan Juni 2021, tercatat meningkat 40,68 persen year-on-year (yoy). Berdasarkan komposisi migas dan non-migas, terjadi peningkatan 41,89 persen di sektor non-migas, dan peningkatan 23,68 persen di sektor migas.

"Peningkatan ekspor non-migas secara bulanan ditunjang oleh lemak dan minyak hewan atau nabati, yang meningkat sangat impresif yakni 300,66 persen. Sedangkan untuk ekspor migas, secara bulanan meningkat sebesar 69,8 persen akibat meningkatnya ekspor minyak mentah," ujarnya.

Suasana pelabuhan peti kemas.

Photo :
  • VIVA/Muhamad Solihin

Selain itu, lanjut Margo, peningkatan yang cukup tinggi selanjutnya juga terjadi pada kendaraan dan bagiannya, yang meningkat hingga 40,11 persen. Kemudian, ekspor pertanian dan kehutanan tercatat meningkat 23,30 persen ditopang ekspor tanaman obat, aromatik, rempah-rempah, serta komoditas kopi. 

Selanjutnya, ada juga industri pengolahan yang meningkat 29,21 persen. "Dan sektor pertambangan dan lainnya yang meningkat 6,22 persen, dengan komoditas utama berasal dari batu bara dan liquid," kata Margo.

Jika dilihat per sektor, peningkatan tertinggi secara bulanan adalah kelompok industri pengolahan yang meningkat 29,21 persen. Pendorongnya berasal dari komoditas minyak kelapa sawit, dan pakaian jadi/konveksi dari tekstil.

"Itu adalah dua komoditas utama pendorong peningkatan ekspor untuk industri pengolahan," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya