Intip Seberapa Kuat Pertahanan Ekonomi RI Hadapi Krisis Global

Ilustrasi krisis ekonomi
Sumber :

VIVA Bisnis – Perekonomian dunia saat ini sedang dihantui oleh krisis. Sebab beberapa negara telah mengalami hal itu, dikarenakan melonjaknya harga komoditas seperti pangan dan energi akibat pandemi yang diperparah dengan konflik di Ukraina.

Menjadi Tulang Punggung Pengembangan Usaha Ultra Mikro Indonesia, PNM Ikuti 57th APEC SMEWG

Lalu, bagaimana dengan Indonesia. Sejauh mana pertahanan RI dalam menghadapi krisis perekonomian tersebut?.

Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, untuk Indonesia beberapa indikator ketahanan ekonomi jauh lebih baik dari krisis yang sudah terjadi di 2008 dan 2013.

Melemah di Level Rp 16.220 per Dolar AS, Rupiah Diproyeksi Menguat

"Misalnya cadangan devisa cukup gemuk yakni US$136,4 miliar (Juni 2022), Kemudian ada windfall harga komoditas yang bantu jaga rupiah tidak terkoreksi sedalam negara lainnya," ujar Bhima saat dihubungi VIVA, Selasa 19 Juli 2022.

Namun jelasnya indikator ketahanan tersebut dapat cepat berubah dalam beberapa waktu. Hal itu harus diwaspadai oleh Pemerintah.

Daftar Harga Pangan 25 April 2024: Bawang Merah hingga Daging Sapi Naik

Pertumbuhan ekonomi global

Photo :

Bhima mencontohkan, dari ketergantungan Indonesia terhadap harga komoditas akan cukup berisiko. Pada crude palm oil (CPO) di pasar internasional anjlok di -7,5 persen dalam setahun terakhir menjadi 3,837 rm per ton (data per 18 Juli 2022).

"Kemudian nikel juga mulai alami koreksi dalam sebulan terakhir. Artinya, menggantungkan ketahanan eksternal dengan fluktuasi harga komoditas sama dengan naik roller coaster tanpa sabuk pengaman," jelasnya.

Sebab terangnya, sekali harga komoditas anjlok maka pendapatan akan hilang dan menyebabkan devisa serta pertahanan ekonomi langsung melemah.

"Sudah terlihat bagaimana petani sawit sampai jual TBS-nya (tandan buah segar) ke Malaysia karena harga di dalam negeri anjlok," terangnya.

Bhima mengatakan, untuk pekerja akan berimbas pada biaya hidup yang semakin mahal. Sementara upah pekerja hanya naik rata-rata sebesar 1 persen.

"Mau cicilan motor dan rumah juga semakin mahal karena suku bunga otomatis naik. Banyak tekanan yang disebut sebagai cost of living crisis atau krisis biaya hidup, dalam jangka panjang pekerja rentan bisa jatuh ke bawah garis kemiskinan meskipun seolah tetap aktif bekerja," jelas Bhima.

tingkatkan bisnis di tengah krisis

Photo :
  • vstory

Sementara pada sektor pangan, Bhima mengatakan, Indonesia saat ini berada dalam kondisi rapuh. Karena menurut data global food security index 2021, indonesia berada di posisi 69 dunia tertinggal dibanding negara tetangga Asean.

"Seperti Thailand, Vietnam dan Malaysia. Ada masalah serius soal keterjangkauan pangan bagi kelompok rentan," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya