Menko Airlangga Buka-bukaan Penyebab Mahalnya Harga Tiket Pesawat

Ilustrasi check-in tiket pesawat terbang di Bandara Soetta
Sumber :
  • Viva.co.id/ Sherly (Tangerang)

VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyoroti harga tiket pesawat pesawat yang saat ini mengalami kenaikan harga. Kenaikan itu disebabkan oleh keterbatasan jumlah armada pesawat yang dioperasikan maskapai.

Menko Airlangga Bertemu Menteri Perdagangan Inggris, Perkuat Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan

Airlangga mengatakan, konsumsi masyarakat yang saat ini mulai pulih telah membuat permintaan yang tinggi di sektor pariwisata.

"Keterbatasan dari pesawat membuat biaya transportasi atau biaya tiket sekarang dari mana pun relatif lebih mahal dari 2-3 tahun lalu," ujar Airlangga dalam telekonferensi, Jumat, 5 Agustus 2022.

Bandara Kansai Berhasil Cetak Rekor 30 Tahun Tanpa Kasus Kehilangan Bagasi

Airlangga melanjutkan, dari lonjakan harga tiket pesawat tersebut telah menyebabkan inflasi di sektor pariwisata. Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penumpang angkutan udara domestik Juni 2022 menurun 7,80 persen.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.

Photo :
  • Anisa Aulia/VIVA.
Taman Mini Indonesia Indah: Jendela Menuju Keberagaman Budaya dan Pesona Alam Indonesia

"Jumlah penerbangan yang belum maksimal. Sehingga mengakibatkan inflasi tinggi dari sektor transportasi," jelasnya.

Karena itu secara keseluruhan, Airlangga menyebut sektor pariwisata yang dalam hal ini mencakup kinerja maskapai belum sepenuhnya pulih dari pandemi COVID-19.

"Kita tahu tourism belum kembali. Dan namun ini baru awal daripada perbaikan akibat mobilitas yang membaik," imbuhnya.

Penumpang pesawat antre dengan berjarak di Bandara Internasional Yogyakarta

Photo :
  • Instagram Bandara Yogyakarta

Meskipun demikian jelasnya, bila dibandingkan dengan negara-negara lain diantaranya Jepang dan Australia. Pemulihan sektor pariwisata di Indonesia jauh lebih baik.

"Kita lihat tourism penanganan COVID-19 di daerah lain tidak sebaik di Indonesia, kita lihat kasus COVID-19 di regional, baik itu di Australia, di Jepang. Itu masih di atas 200 ribu di Australia masih di atas 40 ribu. Sehingga tourism belum sepenuhnya," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya