Bamsoet Ingatkan RI Bisa Kena Hiperinflasi 12 Persen

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo saat memimpin sidang tahunan MPR 2022
Sumber :
  • YouTube Sekretariat Presiden

VIVA Bisnis – Ketua MPR Bambang Soesatyo mengingatkan ancaman terjadinya inflasi tinggi atau hyper inflation di Indonesia pada akhir tahun ini. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh Pemerintah dan pihak-pihak terkait.

Menjadi Tulang Punggung Pengembangan Usaha Ultra Mikro Indonesia, PNM Ikuti 57th APEC SMEWG

Hal itu ditegaskan Bamsoet, sapaan akrabnya, Dalam pidato pembuka Sidang Tahunan MPR, DPR, dan DPD dengan Pemerintah, di Gedung DPR hari ini.

"Kenaiakan inflasi bisa jadi ancaman perekonomian nasional," tegas Bamsoet, Selasa, 16 Agustus 2022.

Melemah di Level Rp 16.220 per Dolar AS, Rupiah Diproyeksi Menguat

Dia menjabarkan, berdasarkan data Badan Pusat Stratistik, Indonesia berpotensi mengalami inflasi tinggi beberapa bulan ke depan. Pada September mendatang, diproyeksi mencapai 6 persen.

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo saat memimpin sidang tahunan MPR 2022

Photo :
  • YouTube Sekretariat Presiden
Kenaikan Tarif Cukai Disarankan Moderat Menyesuaikan Inflasi agar Tidak Suburkan Rokok Ilegal

"Bahkan pada bulan September 2022, kita diprediksi akan menghadapi ancaman hiperinflasi, dengan angka inflasi pada kisaran 10 hingga 12 persen," tambahnya.

Laju kenaikan inflasi tegasnya, yang disertai dengan lonjakan harga pangan dan energi, semakin membebani masyarakat, yang baru saja bangkit dari pademi COVID-19. Hal ini harus menjadi perhatian semua pihak.

Meski demikian dia mengapresiasi Pemerintah yang dengan sigap telah meyikapi ancaman krisis yang mengantui Indonesia. Hal itu ditunjukan berdasarkan hasil survei lembaga internasional.

Presiden Jokowi bersama Menko Perekonomian dan Menteri BUMN di lokasi Groundbreaking Smelter Freeport Indonesia di Gresik.

Photo :
  • Biro Pers Sekretariat Presiden

"Hasil survei Bloomberg, Indonesia dinilai sebagai negara dengan resiko resesi yang kecil, hanya tiga persen. Sangat jauh jika dibandingkan dengan rata-rata negara Amerika dan Eropa, yang mencapai 40 hingga 55 persen, ataupun negara Asia Pasifik pada rentang antara 20 hingga 25 persen," tambahnya.

Namun, Bamsoet menegaskan, hal itu jangan membuat pemerintah dan pihak-pihak terkait lengah. Langkah-langkah antisipasi harus tetap dilakukan dengan tepat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya