Gubernur BI Beberkan Risiko Perlambatan Ekonomi Global dan Stagflasi

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo.
Sumber :
  • Tangkapan layar.

VIVA Bisnis – Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, ekonomi global berisiko tumbuh lebih rendah dari prakiraan sebelumnya. Hal itu menurutnya akan disertai dengan peningkatan risiko stagflasi, dan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan. 

Gubernur BI Sebut Rupiah Menguat Menuju Rp 15.800 per Dolar AS, Ini Faktor Pendukungnya

"Pertumbuhan ekonomi berbagai negara seperti Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, berisiko lebih rendah dari proyeksi sebelumnya," kata Perry dalam telekonferensi, Selasa 23 Agustus 2022.

Dia menambahkan, hal itu juga bakal disertai dengan meningkatnya risiko stagflasi di berbagai negara dan bahkan resesi di sejumlah negara maju. 

Inflasi RI April Capai 3 Persen, BI: Masih Terjaga Sesuai Target 2024

"Sebagai dampak dari pengetatan kebijakan moneter yang agresif," ujarnya.

Ilustrasi ekonomi Amerika Serikat

Photo :
  • BusinessInsider
Di Pertemuan IsDB, Gubernur BI Ungkap RI Penerbit Green Sukuk Terbesar di Dunia

Berbagai indikator dini pada Juli 2022, diakui Perry juga mengindikasikan berlangsungnya perlambatan konsumsi dan kinerja manufaktur di AS, Eropa, dan Tiongkok.

Sementara itu, tekanan inflasi global juga terpantau masih tinggi, seiring dengan ketegangan geopolitik dan kebijakan proteksionisme yang masih berlangsung.  "Serta perbaikan gangguan rantai pasokan yang masih terbatas," kata Perry.

Selain itu, Perry menyampaikan bahwa volume perdagangan dunia juga diprakirakan lebih rendah dari prakiraan sebelumnya, seiring dengan perlambatan ekonomi global.

Sejalan dengan perkembangan tersebut, ketidakpastian pasar keuangan global juga tetap tinggi, di tengah masih berlanjutnya pengetatan kebijakan moneter di berbagai negara termasuk AS. Meskipun, lanjut Perry, hal itu terjadi tidak seagresif dari prakiraan awal. 

"Hal ini mengakibatkan masih terbatasnya aliran modal asing dan menekan nilai tukar di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya