Kinerja UMKM Bakal Terhantam Kenaikan Harga BBM karena Ini

Pertalite raib di sejumlah SPBU di Jabodetabek.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA Bisnis – Wacana kenaikan harga bahan bakar minyak yang disampaikan Pemerintah memicu berbagai polemik. Masyarakat yang terbiasa layak untuk mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan terbebani, lantaran biaya hidup semakin bertambah, sementara penghasilan tidak berubah.

Apple Luncurkan iPad Pro Pakai Chipset M4, Segini Harganya

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Ingrid Kansil menegaskan kenaikan harga BBM dapat mencekik leher rakyat kecil. Kenaikan tersebut juga akan memukul pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang baru saja bangkit imbas pandemi COVID-19.

"(Kenaikan harga BBM) akan menambah beban masyarakat kelas menengah ke bawah. Mengingat mereka adalah komunitas yang paling banyak menikmati BBM bersubsidi," ujar Ingrid kepada wartawan di Jakarta, Rabu, 24 Agustus 2022.

Konsumsi BBM Skutik Yamaha Fazzio dari Yogyakarta ke Solo Tembus 83 Km/Liter

SPBU kekurangan pasokan BBM di Bogor.

Photo :
  • Muhammad AR/VIVA.

Dia menegaskan, pelaku usaha, khususnya di sektor UMKM juga khawatir jika benar wacana ini terjadi. Sebab biasanya, ketika harga BBM naik, semua kebutuhan pokok terkerek naik. Sedangkan, pelaku usaha di sektor ini seringkali tidak tersentuh program bantuan sosial (bansos) Pemerintah.

Kemenkominfo Gratiskan IDTH untuk UMKM

Padahal, menurut Ketua Umum Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (Ipemi) ini, sebagian besar pelaku UMKM dan pelaku usaha informal lainnya sangat bergantung pada BBM bersubsidi. Khususnya dalam menjalankan operasional usahanya. 

"Kenaikan harga BBM akan memberikan dampak signifikan terhadap biaya produksi. Sehingga kenaikan harga barang tidak terelakkan," kata Ingrid.

Karena itu, ia meminta kepada Pemerintah agar mengkaji secara matang jika benar-benar ingin menaikkan harga BBM. Salah satunya dengan perhatian lebih kepada pelaku UMKM dan ekonomi kreatif.

Ingrid pun menegaskan, kenaikan harga BBM tak sejalan dangan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang sering digaungkan Pemerintah. 

"Mereka baru saja terbebas dari beban pandemi COVID-19. Jangan dijatuhi tangga lagi dengan kenaikan harga BBM," pintanya.

Pedagang telur ayam.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Selain BBM, dia pun menyangkan harga telur yang kian tinggi. Ironi, hal semacam ini terjadi di sebuah negara yang memiliki banyak akses peternakan. 

"Sebuah mimpi buruk melihat harga telur lebih mahal dari harga ayam potong. Pemerintah perlu turun tangan stabilkan harga telur, karena merupakan bahan pokok sehari-hari dan kenaikan harga sudah meresahkan masyarakat," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya