Suku Bunga Acuan BI Naik Jadi 4,25 Persen, Ini yang Paling Terdampak

Bank Indonesia
Sumber :
  • akurat.co

VIVA Bisnis – Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin (bps), dari sebelumnya di 3,75 persen menjadi 4,25 persen.

Penjualan Mobil Diprediksi Menurun, Dampak BI Rate

Ekonom Senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Didik J Rachbini menilai, langkah bank sentral seperti itu sangat disayangkan. karena dilakukan tak lama setelah masyarakat sudah tertekan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi.

"Sehingga masyarakat lagi nanti yang akan lebih tertekan, terutama masyarakat golongan bawah," kata Didik saat dihubungi VIVA, dikutip Jumat, 23 September 2022.

Bank Indonesia: Modal Asing Masuk Rp 22,84 Triliun Imbas Kenaikan Suku Bunga

Didik J Rachbini

Photo :
  • Akun Facebook Didik J Rachbini

Didik menjelaskan, berdasarkan pengalaman dan data-data, kondisi tekanan beruntun dari Pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar dan bank sentral yang mengerek suku bunga, akan menjadi beban yang sangat besar bagi masyarakat.

BI Pede Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2024 di Atas 5 Persen, Ini Pendorongnya

"Di mana-mana, di dalam data-data yang terjadi di negara-negara sekitar, dengan tekanan inflasi seperti ini maka golongan masyarakat yang paling bawah itu adalah yang paling tertekan dibanding yang golongan atas," ujarnya.

Apalagi, Didik menyangsikan upaya yang bisa dilakukan Pemerintah dalam meredam gejolak inflasi yang bakal terjadi akibat kenaikan harga BBM dan suku bunga acuan BI tersebut.

Sebab, kalau pun bantuan sosial (bansos) dijadikan salah satu upaya menekan dampak inflasi, maka hal itu juga sebenarnya tidak terlalu tepat. Karena selain jumlah utang Pemerintah yang sudah semakin membengkak, kebijakan terkait pembangunan infrastruktur pun masih terus digenjot.

"Jadi APBN bisa 'bleeding', apalagi nanti harga-harga komoditas akan normal lagi," kata Didik.

Karenanya, Didik pun mempertanyakan komunikasi antara pihak BI dan Pemerintah, yang mengambil kebijakan berdampak berat bagi masyarakat justru dalam waktu yang berdekatan. Dia menduga Pemerintah dan BI tidak terlalu sinkron, karena pada saat yang sama dua kebijakan memberatkan rakyat dilakukan secara berdekatan yakni menaikkan harga BBM dan suku bunga acuan.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

Photo :
  • VIVA/Anisa Aulia

"Semestinya Pemerintah dan BI berkoordinasi, tidak secara bersamaan begini menaikkan suku bunga dan harga BBM sehingga harga-harga kebutuhan pokok yang lain ikut naik. Karena itu semua menjadi tekanan-tekanan terhadap perekonomian, terutama pada golongan masyarakat paling bawah," ujar Didik.

"Pilihan bagi Pemerintah dan BI mungkin memang sulit, tapi tetap pemilihan momentumnya butuh kehati-hatian, serta kebersamaan antara BI dan Pemerintah, itu penting," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya