Ekonomi Dunia Diproyeksi Melambat pada 2023, Kemendag Waspadai Ini

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia/Kemendag
Sumber :
  • VIVA/Andry Daud

VIVA – Kementerian Perdagangan (Kemendag) mewaspadai, perlambatan ekonomi yang akan terjadi hingga 2023. Sebab, dengan penurunan itu akan berdampak kepada demand atau permintaan masyarakat, salah satunya pada permintaan fesyen.

Update Dampak Gempa Garut: 131 Rumah Rusak di 50 Desa

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi mengatakan, melalui perkiraan International Monetary Fund (IMF) ekonomi global akan melambat. Diperkirakan di tahun ini pertumbuhan ekonomi global tidak lebih dari 3 persen, itu juga akan berdampak pada perekonomian nasional.

"Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini biasanya akan paralel dengan demand dunia, ini berarti kita bicara dengan permintaan terhadap fesyen. Ini lah masalahnya yang jadi kita isunya adalah pada saat permintaan dunia terjadi kontraksi atau menurun, maka biasanya yang sifatnya lifestyle itu akan menjadi nomor dua," ujar Didi pada Influencer and Media Gathering, Selasa 4 Oktober 2022.

Ekonom BCA Ramal Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tumbuh 5,07-5,14 Persen

Baca juga: Jokowi Buat Perpres dan Beri Tugas Khusus ke Menteri PUPR, Apa itu?

Didi menjelaskan, dengan penurunan permintaan itu maka biasanya masyarakat membeli pakaian dengan kualitas dan harga yang tinggi. Dari hal itu, kualitas atau standar masyarakat menurun.

BI Pede Ekonomi RI 2024 di 5,5 Persen Meski Suku Bunga Naik 

"Karena demandnya turun, kemampuan daya beli turun karena inflasi juga tinggi maka konsumen akan memilih, akan memprioritaskan standarnya yang tidak premium. Nah, ini tantangan juga," jelasnya.

Adapun dengan hal tersebut dia meminta agar seluruh pemangku kepentingan untuk memperkuat kerja sama dan kolaborasi. Untuk mengatasi krisis dunia, khususnya pada permintaan masyarakat.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi.

Photo :
  • istimewa

Sebelumnya, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan akan tetap lemah pada semester kedua 2022 ini. Itu terjadi sebelum perlambatan lebih lanjut pada 2023 dengan pertumbuhan tahunan hanya 2,2 persen.

Dalam Economic Outlook terbarunya, OECD menjelaskan faktor utama yang memperlambat pertumbuhan global adalah pengetatan kebijakan moneter secara umum.

Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahunan diproyeksikan melambat tajam menjadi 0,5 persen di Amerika Serikat pada 2023. Sedangkan 0,25 persen di Eropa, dengan risiko penurunan output di beberapa ekonomi Eropa selama bulan-bulan musim dingin.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya