Bank Mandiri 'Pede' Kinerja 2023 Bakal Tetap Stabil

Bank Mandiri Pusat
Sumber :
  • vivanews/Andry Daud

VIVA Bisnis – Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri, Panji Irawan mengatakan, pihaknya saat ini memiliki modal infrastruktur berupa kinerja keuangan yang cukup baik, dan berhasil mencatatkan hasil yang sangat positif pada kuartal II-2022.

Kantor LPS Bakal Hadir di Medan, Diresmikan 3 Mei 2024

Capaian tersebut antara lain seperti total aset yang tumbuh 13 persen secara year-on-year (yoy), yang didapatkan Bank Mandiri seiring dengan kualitas yang tetap terjaga.

"Capaian positif itu diikuti oleh pertumbuhan 12,2 persen (yoy) pada penyaluran kredit, dan peningkatan 12,8 persen (yoy) pada Dana Pihak Ketiga (DPK), yang tercatat lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri perbankan yang hanya sebesar 9,1 persen (yoy)," kata Panji dalam telekonferensi, Selasa 4 Oktober 2022.

BI Catat Penyaluran Kredit Baru Kuartal I-2024 Tumbuh Positif, Ada Tapinya

Baca juga: Menteri Basuki Dapat Tugas Khusus dari Jokowi, Ini yang Diminta

Dengan torehan-torehan capaian kinerja keuangan tersebut, Panji mengaku optimistis bahwa kinerja Bank Mandiri masih akan tetap stabil pada 2023 mendatang. Meskipun, sejumlah pihak memprediksi adanya ancaman resesi pada 2023 mendatang, akibat maraknya risiko dan ketidakpastian global serta normalisasi kebijakan domestik yang masih terjadi saat ini.

Laba Bersih Bank Jago Naik 24 Persen Kuartal I-2024, Intip Sumber Cuannya

"Optimisme itu seiring dengan berbagai inisiatif dan modal infrastruktur yang dimiliki Bank Mandiri, yang pada tahun 2022 ini kinerjanya juga akan terus membaik," ujar Panji 

Salah satu inisiatif yang dimiliki Bank Mandiri itu adalah terus dilanjutkannya transformasi digital, dengan meningkatkan transaksi wholesale atau grosir dan ritel melalui perluasan ekosistem digital. Langkah tersebut antara lain dilakukan dengan memaksimalkan layanan digital Livin’ by Mandiri untuk nasabah ritel, serta Kopra by Mandiri untuk nasabah wholesale.

Bank Mandiri Pusat

Photo :
  • vivanews/Andry Daud

Apalagi, lanjut Panji, memasuki kuartal ketiga tahun ini, tantangan global sudah terlihat semakin besar. Hal itu misalnya meliputi gejolak ekonomi dan dinamika geopolitik dunia, yang juga berdampak pada ekspektasi stagflasi kepada negara-negara maju.

Kondisi ini menurutnya telah membuat beberapa negara maju seperti Amerika Serikat (AS), harus mengeluarkan kebijakan kontraktif dengan mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar negara di dunia.

"Tapi yang menarik adalah, pelemahan nilai tukar terdalam justru dihadapi oleh negara-negara maju dibandingkan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya