OJK Beberkan Tantangan Peralihan Penggunaan Kendaraan Listrik

Ilustrasi gambar tempat pengisian kendaraan listrik
Sumber :
  • PT PLN

VIVA Bisnis – Pemerintah terus berupaya dengan berbagai cara mengejar target penurunan emisi karbon dan peralihan ke energi hijau. Salah satunya peralihan kendaraan menggunakan Electric Vehicle (EV) atau kendaraan listrik.

Terpopuler: Harga iPhone di iBox Naik, Modus Peretasan WhatsApp dari Facebook

Analis Eksekutif Senior Grup Kebijakan Sektor Jasa Keuangan Terintegrasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Greatman Rajab mengungkapkan, dalam peralihan kendaraan berbasis listrik terdapat beberapa tantangan.

"Faktanya pertumbuhan penjualan EV selama 3 tahun terakhir ini masih sangat kecil sekali. Ada beberapa isu pembiayaan dan isu komersial yang menjadi tantangan dalam pertumbuhan EV ke depan," kata Rajab dalam telekonferensi, Kamis 17 November 2022.

OJK dan MUI Sepakat Perkuat Sektor Jasa Keuangan Syariah hingga Perlindungan Konsumen

Baca juga: Kata Anies Baswedan Soal Pertemuan dengan Gibran untuk Memecah Belah PDIP

Rajab menjelaskan, isu yang masih menjadi tantangan dalam pertumbuhan kendaraan listrik diantaranya isu mengenai suku bunga kredit. Di mana isu bunga kredit antara kendaraan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) dan non KBLBB.

Apple Luncurkan iPad Pro Pakai Chipset M4, Segini Harganya

"Belum adanya insentif bunga khusus untuk EV, isu masih sulitnya menetapkan estimasi collateral value (nilai taksiran barang jaminan)," jelasnya.

VIVA Otomotif: Mobil listrik Toyota bZ4X di KTT G20 Bali

Photo :
  • Dok: TAM

Untuk isu lainnya kata Rajab, masih terbatasnya mekanisme penjaminan dan asuransi KBLBB, perilaku konsumen yang masih belum percaya terhadap teknologi dari EV atau baterai. Juga terkait isu resale value atau nilai jual kembali dari KBLBB, serta masih minimnya jumlah kendaraan EV di Indonesia.  

"Sehingga walaupun penggunaan kendaraan KBLBB ini dapat menghemat biaya bahan bakar hingga 71 persen dibanding kendaraan non KBLBB, dan juga biaya perawatan yang lebih efisien sampai 40 persen. Namun, dengan isu tadi ditambah dengan komponen harga EV masih 50 persen adalah harga biaya dari baterai itu sendiri, menjadikan ini tantangan yang tidak mudah untuk pertumbuhan EV di Indonesia," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya