Antisipasi Resesi Ekonomi, Pemerintah Harus Perkuat Daya Beli

- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA Bisnis – Kinerja ekonomi Indonesia sepanjang triwulan III-2022 yang naik hingga 5,72 persen secara year on year layak diapresiasi, di tengah ketidakpastian yang masih menyelimuti dan ancaman resesi global. Namun di balik itu, ada satu hal yang patut dicermati, yakni melemahnya konsumsi rumah tangga yang merupakan mesin pendorong ekonomi Indonesia.
Praktisi bisnis yang juga founder IndoSterling Group William Henley mengatakan, postur perekonomian Indonesia yang ditopang oleh konsumsi rumah tangga menjadi benteng kuat yang melindungi Indonesia dari risiko ancaman resesi global.
“Market domestik adalah keunggulan utama Indonesia. Karena itu, daya beli harus diperkuat agar mesin konsumsi rumah tangga tetap bergerak dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi,” ujar William dikutip dari keterangannya, Rabu, 30 November 2022.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II Tahun 2014
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
Data BPS menunjukkan, dibanding triwulan II-2022, kinerja seluruh komponen pengeluaran pada triwulan III-2022 mencatat kenaikan, kecuali pada komponen konsumsi rumah tangga yang justru mengalami kontraksi atau turun 0,30 persen. Hal ini membuat kontribusi komponen konsumsi rumah tangga yang pada triwulan II 2022 sebesar 51,47 persen, turun menjadi 50,38 persen pada triwulan III-2022.
William menjelaskan, penurunan konsumsi rumah tangga erat kaitannya dengan dampak kenaikan harga BBM pada awal September 2022 yang kemudian mendorong inflasi dan menggerus daya beli masyarakat.
Karena itu, menurut praktisi digitalisasi UMKM ini, tantangan saat ini adalah bagaimana mengendalikan inflasi bahan pangan dan menjaga daya beli masyarakat. Misalnya, melalui operasi pasar, serta peningkatan efektivitas penyaluran program bantuan sosial untuk menopang daya beli kelompok masyarakat rentan.