Aplikasi iBPR-S Resmi Diluncurkan OJK, Apa Aja Sih Manfaatnya Buat RI

- istimewa
VIVA Bisnis – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, meresmikan peluncuran aplikasi iBPR-S sebagai aplikasi otomasi informasi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), guna memperluas upaya inklusi keuangan.
Dia berharap, aplikasi iBPR-S ini akan semakin meningkatkan pemahaman, eksposur, serta kesempatan bagi BPR-BPRS, untuk mengomunikasikan kepada publik mengenai keunggulannya dan membuat masyarakat makin mengenal produk layanan dan kinerjanya.
"Hal ini (peluncuran aplikasi iBPR-S) penting, karena kedepannya perekonomian internasional akan semakin berat. Apakah akan terjadi resesi global? Kemungkinan besar demikian," kata Mahendra dalam telekonferensi, Senin 5 Desember 2022.
Baca juga: Bos BI Sebut Rupiah Digital Bisa untuk Belanja di Metaverse
Menghadapi resesi global 2023, Mahendra memperkirakan adanya kemungkinan bahwa laju perekonomian di negara-negara maju, termasuk Amerika Serikat dan Eropa, akan melambat tahun depan. Hal itu menurutnya terlihat dari aksi-reaksi dari para bank sentral di negara maju tersebut, yang terkesan khawatir ketika melihat pertumbuhan ekonomi nasional di negaranya tinggi dan berkembang baik.
"Jadi kalau Bank Sentral AS (The Fed) melihat pertumbuhan ekonomi di AS tinggi, seiring jumlah penciptaan lapangan kerja yang juga tinggi, mereka (The Fed) khawatir," ujar Mahendra.
Anehnya, lanjut Mahendra, saat ini fenomena semacam itu justru marak terjadi di negara-negara maju, dan dianggap sebagai sebuah ancaman besar terutama pada tingkat inflasi yang tinggi.
"Maka kalau ditanya, 'Apakah 2023 akan terjadi resesi global?', maka yang harus ditanya itu mereka (bank sentral), harapan mereka apa? Ini bukan saya atau siapa yang mengatakan, tapi action-reaction nya menyimpulkan seperti itu," kata Mahendra.
Gedung OJK / Otoritas Jasa Keuangan
- VIVA/Andry Daud
Di lain sisi, tidak ada yang tidak setuju bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dan ASEAN akan sangat berbeda, dibandingkan kinerja pertumbuhan ekonomi global di tahun depan. Artinya, ekonomi Indonesia harus mampu tumbuh di atas 5 persen, sehingga bisa turut memberikan kontribusi penting terhadap ASEAN sebagai sebuah kawasan yang lebih luas.
Mahendra menegaskan, basis dari pertumbuhan ekonomi Indonesia agar bisa mencapai di atas 5 persen itu, adalah dengan mengantisipasi, merespons dan memitigasi kondisi yang sulit, yang akan terjadi di perekonomian global. Hal itu termasuk dengan mendorong pertumbuhan perekonomian domestik atau nasional, yang basis pertumbuhannya justru berada di tataran daerah, provinsi, kabupaten, kecamatan, bahkan hingga kelurahan.
"Sehingga peran setiap aktor semakin penting, untuk berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi di level provinsi hingga nasional. Apakah itu sektor riilnya, UMKM-nya, atau apakah itu keuangan ritel masyarakatnya. Jadi itulah kenapa peran daerah dan peran BPR-BPRS ini menjadi sangat penting, terutama dengan diluncurkannya aplikasi iBPR-S ini," ujarnya.