Rupiah Perkasa ke Level Rp 15.555 per Dolar AS, Ini Penyebabnya

Rupiah Menguat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

VIVA Bisnis – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot menguat pada perdagangan Rabu pagi, 14 Desember 2022. Terpantau pukul 09.15 WIB rupiah menguat sebesar 102 poin atau 0,49 persen ke posisi Rp 15.555 per dolar AS, dibandingkan pada penutupan sebelumnya senilai Rp 15.657 per dolar AS.

Melemah di Level Rp 16.220 per Dolar AS, Rupiah Diproyeksi Menguat

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) terakhir atau kemarin sore, mematok rupiah di angka Rp 15.661 per dolar AS.

Analis PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, isu resesi 2023 kini terus menjadi tranding topik dunia. Hal itu ditambah dengan peringatan para ekonom terkait kemungkinan terjadinya resesi. 

Mendag Imbau Masyarakat Tak Perlu Khawatir soal Pelemahan Rupiah

Baca juga: Jelang Libur Nataru, Menteri PUPR: Operasional Tol 2.578 Km, Jalan Nasional 46.690 Km

"Inflasi yang tengah terjadi mempengaruhi banyak orang dalam skala global akibat berbagai faktor sosial ekonomi, khususnya konflik Rusia-Ukraina dan gangguan rantai pasok. Di tingkat global, perekonomian diperkirakan akan menghadapi penurunan untuk dua kuartal pertama di tahun mendatang," kata Ibrahim dalam risetnya, Rabu 14 Desember 2022. 

BI Catat Uang Beredar Maret 2024 Rp 8.888 Triliun, Naik 7,2 Persen

Namun jelas Ibrahim, terdapat sisi positif dari kondisi tersebut. Itu karena resesi diperkirakan akan lebih landai untuk hampir di setiap level perekonomian jika dibandingkan dengan resesi sebelumnya yang tercatat dalam sejarah.

Meski terdapat indikasi yang jelas bahwa resesi akan terjadi lanjutnya, perekonomian di Indonesia diperkirakan akan tetap kuat di tengah-tengah prospek yang kurang baik. Di mana itu salah satunya didukung oleh tetap kuatnya produksi manufaktur dan konsumsi domestik yang tetap stabil.

Uang dolar AS dan rupiah.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/tom.

"Perekonomian negara-negara maju mengalami penurunan produksi manufaktur, sementara perekonomian negara-negara berkembang yaitu Indonesia, menunjukkan situasi yang lebih baik dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya," jelasnya. 

Sementara itu, Indonesia diperkirakan akan mengalami penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) 2023 sebesar 3,6 persen. Walaupun saat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,72 persen secara tahunan pada kuartal III-2022. Tetapi kedepannya dengan situasi global dan juga ancaman terjadinya resesi, maka Indonesia diprediksi akan mengalami penurunan pada kinerja perekonomian nasional.

"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang  Rp 15.640-Rp 15.710," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya