Dampak Positif Hilirisasi Nikel, Pelaku Usaha Dongkrak Volume Produksi di 2023
- ANTARA Foto/Abdul Fatah
VIVA Bisnis – Dampak positif dari upaya hilirisasi hasil-hasil sumber daya alam (SDA) di Tanah Air, makin terasa manfaatnya bagi perekonomian Indonesia. Komoditas selanjutnya yang disebut-sebut bakal mengalami hilirisasi adalah bauksit, setelah sebelumnya upaya serupa dilakukan pemerintah pada komoditas nikel yang mencatat sejumlah keberhasilan.
Bahkan, data dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mencatat, nilai tambah ekspor hasil hilirisasi nikel usai adanya pelarangan ekspor telah mencapai US$ 33 miliar, atau setara Rp514 triliun (asumsi kurs Rp 15.595 per US$) pada periode Januari-Oktober 2022.
Karenanya, guna mendukung optimalisasi dari upaya hilirisasi nikel pemerintah tersebut, PT Weda Bay Nickel (WBN) telah meminta kepada PT Hillcon untuk meningkatkan volume produksi dari 4 juta wet metrik ton (WMT) menjadi 6 juta WMT pada tahun 2023 mendatang.
"Serta menambah volume pengangkutan nikel ore, dimana Hillcon akan mengirimkan sekitar 80 dump truk untuk jarak pengangkutan rata-rata sekitar 22 km," kata Direktur Utama Hillcon, Hersan Qiu, dalam keterangannya, Kamis, 29 Desember 2022.
Hersan mengemukakan, tambahan volume produksi sebesar 50 persen dan tambahan dump truk untuk pengiriman nikel ore ini, dipastikan akan meningkatkan pendapatan Hillcon di tahun 2023 mendatang. "Kami juga tengah mempersiapkan belanja modal (capital expenditure) untuk alat-alat berat tambahan ini, untuk penambahan volume produksi dan pengangkutan untuk tahun depan," ujarnya.
WBN sudah mulai melaksanakan konstruksi pabrik pengolahan pemurnian bijih nikel dengan teknologi pirometalurgi/RKEF berkapasitas 30.000 ton Ni per tahun. Perusahaan yang berlokasi di kawasan industri PT Indonesia Weda Industrial Park (IWIP) ini, memiliki sumber daya deposit sebesar 12,2 juta ton nikel dengan rata-rata kandungan nikel 1,48 persen.
WBN yang memiliki lokasi penambangan di Lelilef Sawai, Kecamatan Weda Tengah, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara itu, termasuk salah satu objek vital nasional. Dimana, setiap aktivitas pertambangan maupun konstruksi harus diolah dengan extra hati-hati. "Objek vital nasional ini merupakan site-site yang dilindungi negara, karena merupakan sumber pendapatan dan dividen terbesar negara," kata Hersan.
Untuk menjadi bagian dari site ini, dibutuhkan keahlian tinggi dimana hanya empat kontraktor yang dipercaya untuk mengelolah site ini dengan masing-masing kontraktor menargetkan RKAB 4 juta ton per tahun.