Pandemi Picu Lonjakan Pembiayaan Rp 900 Triliun, Sri Mulyani: Bisa Bangun 2 IKN

Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Sumber :
  • youtube Sekretariat Presiden

VIVA Bisnis – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, kebutuhan pembiayaan pada 2020 saat pandemi COVID-19 melonjak. Nilainya setara dengan pembangunan dua Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. 

Sri Mulyani Ungkap Mood dan Fokus Para Pembuat Kebijakan Keuangan Global Lagi Begini

"Saya sampaikan ke Presiden Rp 900 triliun pembiayaan meningkat itu udah dapet dua IKN Pak," kata Sri Mulyani dalam Rakornas Transisi Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional di Lapangan Banteng Selatan, Jakarta, Kamis 26 Januari 2023. 

Pembangunan jalan lingkar sepaku yang menjadi konektivitas menuju IKN.

Photo :
  • Dok. PUPR
Sri Mulyani Pede Inflasi Melandai di Kuartal-II 2024 Seiring Turunnya Harga Beras

Ani begitu sapaan akrabnya menceritakan, awalnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020, sebelum adanya pandemi COVID-19 defisit APBN didesain sebesar 1,76 persen atau Rp 307 triliun dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pembiayaan awalnya dialokasikan 741 triliun meningkat Rp 900 triliun menjadi ke kisaran Rp 1.600 triliun

"Pembiayaan Rp 741 triliun begitu terpukul pandemi kita menerapkan Undang-undang Nomor 2, Perppu Nomor 1 di mana defisit boleh naik, kita lihat di sini pertama Perpres keluar sekitar bulan Juni revisi itu 5,07 persen defisitnya melonjak hampir tiga kali lipat. Nominal defisitnya naiknya lebih dari Rp 550 triliun, dan kebutuhan pembiayaan kita meloncat ke Rp 1.439 triliun, dua kali lipat," jelasnya. 

Salurkan Gaji hingga THR PNS, Sri Mulyani Sudah Gelontorkan Rp 70,7 Triliun

Jumlah itu, jelasnya, masih kurang karena pada Agustus melalui Perpres No 72/2020 defisit melonjak menjadi Rp 1.039 triliun atau hampir 2,5 kali lipat. 

"Dan kebutuhan pembiayaan kita mencapai Rp 1.600 triliun," jelasnya. 

Ani menjelaskan, hal itu terjadi karena saat pandemi COVID-19 pendapatan negara terpukul. Sebab konsumsi dan kegiatan masyarakat berhenti. 

"Jadi penerimaan negara kita 16 persen waktu itu sudah di atas Rp 2.000 triliun atau mendekati Rp 2.000 triliun. Sementara belanjanya naik 12,4 persen, jadi kita terpukul di dua tempat pendapatan turun naik itu makanya defisit melonjak tinggi sekali," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya