Laba Pertamina Rp 56 T pada 2022 Bukan karena 'Durian Runtuh', Dirut Ungkap Perhitungannya

Dirut Pertamina Nicke Widyawati.
Sumber :
  • M Yudha P / VIVA.co.id

Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, membantah bahwa keuntungan Rp 56 triliun yang berhasil diraih Pertamina di tahun 2022, adalah akibat dari adanya faktor windfall atau durian runtuh karena situasi global.

Masa RAFI 2024, Konsumsi Avtur Naik 10%

Dia menjelaskan, capaian berupa keuntungan US$3,81 billion atau setara Rp 56 triliun, peningkatkan revenue 48 persen menjadi US$85 billion, serta EBITDA yang juga meningkat 47 persen, merupakan hasil dari strategi bisnis yang digenjot Pertamina di 2022.

"Capaian ini bukan capaian karena 'windfall' semata dan lain sebagainya, tapi karena memang pondasinya kita perbaiki sehingga semuanya memberikan kontribusi," kata Nicke di Grha Pertamina, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa, 6 Juni 2023.

IDSurvey: BUMN Perlu Adaptif Hadapi Gejolak Ekonomi yang Tidak Stabil

Dirut

Photo :
  • 1367306

Nicke pun menantang untuk membuka data, bagi siapa pun yang mengatakan bahwa peningkatan capaian Pertamina di 2022 tersebut dikarenakan pengaruh eksternal. Misalnya, karena faktor harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP), serta pengaruh kurs rupiah terhadap dolar AS.

Bumi Resources Minerals Bukukan Pendapatan US$46,63 Juta pada 2023

"Kita pernah mengalami kurs tinggi juga di beberapa tahun terakhir, tapi tidak sama (capaiannya). Lalu kalau karena faktor ICP yang di atas US$100 (per barel), kita juga pernah mengalami sebelumnya, tapi pencapaiannya tidak demikian," ujarnya.

Nicke pun menegaskan bahwa faktor utama yang menjadi latar belakang dari capaian terbaik sepanjang sejarah Pertamina ini, adalah karena adanya upaya efisiensi biaya (cost eficiency).

Jika dibandingkan dengan tahun 2012 dan 2014, sebagai tahun-tahun dengan capaian keuangan terbaik Pertamina lainnya, biaya yang dikeluarkan Pertamina itu mencapai 93-94 persen. Namun di sepanjang 2022, biaya yang dikeluarkan Pertamina hanya mencapai 89 persen.

"Artinya, ada penghematan sekitar 4-5 persen kalau kita bandingkan, dan kalau bicara 4-5 persen dari US$85 billion, itu bukan angka yang kecil dan tidak bisa hanya satu-dua program saja yang dilakukan untuk mencapainya," kata Nicke.

Dirut

Photo :
  • 572560

Namun, lanjut Nicke, program cost optimalization yang dilakukan Pertamina di tahun 2022 bahkan mencapai hingga 267 program. Sehingga, hasilnya pun sangat signifikan dan memiliki porsi besar dalam kontribusinya terhadap capaian laporan keuangan Pertamina di 2022.

"Jadi program-program ini akan tetap stay, karena ini mengubah operating mode, bukan hanya sekedar cost cutting. Ini memperlihatkan bahwa tahun 2022 adalah tahun terbaik, dan kita berharap ini tentu akan terus tumbuh secara berkelanjutan," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya