Barantin Bakal Bikin Kebijakan Karantina RI Bisa Lebih 'Bertaring', Ini Penjelasannya

Ekspor-Impor.
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

Jakarta – Presiden Joko Widodo menggabungkan badan karantina di beberapa kementerian ke dalam satu lembaga menjadi Badan Karantina Indonesia (Barantin). Keputusan itu pun dinilai tepat oleh berbagai kalangan dan para ahli.

PM Singapura akan Temui Jokowi Pekan Depan, Bahas Energi Hingga IKN

Guru Besar di bidang Entomologi Fakultas Pertanian UGM, Prof. Ir. Y. Andi Trisyono, M.Sc., Ph.D. berpendapat,  dengan lembaga karantina yang sekarang membuka peluang bagi teman-teman di Karantina untuk berbenah diri serta mengembangkan karir dan profesionalitas dalam kerangka melindungi negeri. menilai penggabungan itu Langkah yang tepat.

“Yang saya pahami dengan Lembaga baru sekarang ini memungkinkan karantina untuk mengembangkan diri menjadi lebih besar dan lebih baik. ujar Andi yang saat ini juga sebagai anggota Food and Agriculture Organization (FAO) Expert Panel on Pesticide Management, dikutip dari keterangannya, Senin, 21 Agustus 2023.

Bumi Resources Masuk 7 Perusahaan Wajib Pajak Terbaik versi DJP Kemenkeu

“Bahkan kalau dijalankan dengan baik sesuai dengan mandat yang ada ke depan bisa setara dengan lembaga perkarantinaan yang ada di Australia ataupun Amerika Serikat karena badan ini mempunyai ruang lingkup tupoksi yang besar dan langsung bertanggungjawab kepada Presiden,” kata Andi.

Presiden Jokowi jadi pemimpin upacara penurunan bendera merah putih.

Photo :
  • Biro pers Sekretariat Presiden.
PDIP Tak Mau Pusing Mikirin Jokowi dan Gibran yang 'Bakar' Rumahnya Sendiri

Menurut Andi, peran karantina sangat besar dalam melindungi negeri ini. Khususnya dari bahaya penyakit hewan, hama penyakit tumbuhan (Organisme Pengganggu Tumbuhan), hama penyakit ikan.

Andi mengatakan satu contoh yang mudah untuk membangun karantina ke depan misalnya dengan meningkatkan kemampuan pejabat fungsional karantina untuk mendalami satu spesies Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) yang sudah ditetapkan dalam daftar OPTK. Jadi tidak berhenti sampai pada daftar saja, namun kemudian diikuti bagaimana perkembangan OPTK tersebut di negara lain dan seberapa besar risiko bagi Indonesia.

“Dengan cara tersebut akan ada banyak ahli yang sudah siap dengan pengetahuan dan mungkin pengalaman untuk mengantisipasi atau mencegah masuknya OPTK ke dalam wilayah NKRI. Demikian juga untuk hewan dan ikan. Ini perlu disiapkan sejak sekarang dan terus ditingkatkan,” ujar Andi.

Organisasi dunia seperti FAO, lanjut dia juga banyak memerlukan orang-orang yang memiliki kompetensi spesifik seperti ahli hama penyakit tumbuhan, hewan, ikan dan saya berharap suatu saat dapat diisi dari teman teman karantina.

Demikian juga terbuka peluang untuk menyusun dan mengusulkan International Standards for Phytosanitary Measure’s (ISPM) sesuai dengan konteks Indonesia serta terkait dan selaras dengan keamanan pangan, kesehatan, dan perdagangan dunia. Peran strategis Barantin ke depan harus menjadi lebih kuat sebagai negara berdaulat dalam kerangka pelaksanaan ketentuan SPS-WTO dalam perlindungan keselamatan, kesehatan manusia, hewan, ikan dan tumbuhan sekaligus sebagai economic tool perdagangan dunia yang sangat penting.

“Kita tidak ingin menjadi negara yang ketergantungan produk impor, harus ada keseimbangan/balance bahkan menjadi negara pengekspor surplus berbagai produk pertanian dan turunannya ke berbagai negara. Jadi kalau dilihat ruang lingkup dan peran perkarantinaan di tingkat nasional maupun internasional menjadi semakin besar,” ungkapnya.

Peran Barantin lanjut dia semakin besar, di tambah dengan fenomena perubahan iklim dan pemanasan global maka masalah hama penyakit tumbuhan (OPT dan OPTK), hama dan penyakit hewan, ikan juga akan mengalami perubahan dan adaptasi yang dinamis di semua belahan dunia.

Dia mencontohkan satu contoh kasus beberapa tahun yang lalu semua negara dihebohkan dengan merebaknya hama ulat Spodoptera frugiperda (Fall Armyworm/FAW) pada pertanaman jagung di beberapa negara. Sehingga FAO turun tangan bekerjasama dengan semua negara. 

“Diharapkan ke depan Karantina lebih berperan aktif dalam pencegahan dan eradikasi dalam kawasan karantina jika terjadi wabah/outbreak OPTK,” tegasnya.

Andi mengatakan, bahwa fenomena di atas semakin menuntut prefesionalitas dan kompetensi yang semakin tinggi. Spesialisasi dan keahlian khusus di masing-masing bidang teknis akan menjadi dasar kuat untuk pengembangan Barantin ke depan.

Badan Karantina Pertanian menemukan bakteri berbahaya dalam benih jagung.

Photo :
  • VIVAnews/ Sherly (Tangerang)

Sementara itu, kebijakan dan pengambilan keputusan perkarantinaan didasarkan pada justifikasi ilmiah (scientific base). Hl ini juga tentunya menuntut siapa saja yang terkait dengan perkarantinaan untuk selalu meng-update dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, pengetahuan, dan ilmu untuk selalu stay current. Tantangan tersebut memerlukan manajemen internal untuk mampu melahirkan ahli yang mumpuni yang lahir di internal Barantin.

“Saya pikir itu penting, ujar Andi.

Dengan tantangan ke depan yang semakin berat, Andi berharap Barantin dipimpin oleh orang yang profesional, pejabat karir bukan politisi atau yang lainnya. Memiliki pemahaman teknis karantina yang mumpuni, dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang selalu update. Karena, kata dia, situasi dunia, ilmu pengetahuan terus berkembang.

“Kita tidak ingin karantina menjadi follower, tapi berharap karantina Indonesia semakin diperhitungkan dan menjadi trendsetter di percaturan dunia,” kata Andi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya