BI Beberkan Sederet Faktor yang Bikin Rupiah Loyo

Deputi Gubernur BI, Juda Agung.
Sumber :
  • M Yudha P / VIVA.co.id

Jakarta – Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa stabilitas sistem keuangan nasional saat ini benar-benar harus dijaga dengan sangat baik. Deputi Gubernur BI, Juda Agung mengatakan, hal itu antara lain disebabkan oleh meningkatnya ketidakpastian ekonomi global.

Rupiah Melemah, Sri Mulyani Beberkan Mata Uang Negara-negara G20 Kondisinya Senasib

Sebab, belum selesai kita dihadapkan pada perang Ukraina-Rusia yang sudah berkecamuk dalam beberapa tahun terakhir, kita kembali dikejutkan dengan adanya krisis geopolitik di Timur Tengah antara Palestina-Israel.

Sehingga, ketegangan politik tersebut kemudian mendorong harga energi dan harga pangan meningkat, yang kemudian mengakibatkan terus meningkatnya inflasi di dunia termasuk juga di berbagai negara maju seperti di Eropa dan Amerika Serikat

BI Catat Penyaluran Kredit Baru Kuartal I-2024 Tumbuh Positif, Ada Tapinya

"Yang kemudian ini harus direspons oleh kebijakan moneter, termasuk di Amerika Serikat, yang kemudian mendorong tetap tingginya suku bunga di tataran global," kata Juda dalam telekonferensi di Seminar 'Konsistensi, Inovasi, dan Sinergi Mendorong Intermediasi untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan', Senin, 23 Oktober 2023.

Ilustrasi hegemoni dolar AS

Photo :
  • vstory
Trade Minister: No Need to Worry about Weakening of Rupiah

Dia menambahkan, hal itu diperparah dengan kondisi di mana saat ini Amerika Serikat memerlukan macam-macam pendanaan, termasuk pendanaan untuk perang. Bahkan, Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, secara eksplisit sudah menyebutkan bahwa Dia akan mem-back up perang yang terjadi, baik di Rusia maupun di Timur Tengah.

"Sehingga ini memerlukan pembiayaan politik dan pembiayaan keamanan, yang pada akhirnya mendorong kenaikan yield suku bunga di Amerika," ujarnya.

Juga menambahkan, hal ini tentunya mempunyai implikasi kepada ekonomi Indonesia, sehingga dalam 1-2 bulan terakhir ini volatilitas arus modal sangat tinggi, dan dampaknya kepada Pelemahan nilai tukar secara global.

VIVA Militer: Sistem rudal pertahanan udara Iron Dome (C-RAM) militer Israel

Photo :
  • theconversation.com

"Karena tadi, yield (suku bunga) Amerika Serikat meningkat, maka terjadi strong dolar di mana dolarnya menguat sehingga mata uang negara lain termasuk Indonesia mengalami volatilitas yang sangat tinggi," kata Juda.

Hal inilah yang menjadi sebuah tantangan bagi Indonesia di dalam menjaga stabilitas makro ekonomi maupun stabilitas sistem keuangan. Karenanya, lanjut Juda, aspek-aspek inilah yang menjadi dasar bagi BI menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 25 bps menjadi 6 persen.

"Tujuannya adalah untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar. Selama ini kita terus melakukan upaya menjaga stabilitas dengan intervensi pasar, dengan kita hadir di pasar. Tapi tampaknya, dengan kenaikan yield suku bunga Amerika Serikat dan strong dolar yang begitu cepat, kita harus tambah amunisinya yaitu dengan menaikkan suku bunga," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya