ESDM Ungkap Potensi CCS di RI Lebih Besar, Simak Datanya

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Tutuka Ariadji.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta – Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi Lemigas Kementerian ESDM telah melakukan perhitungan secara internal terkait potensi Carbon Capture and Storage (CCS) di Indonesia. Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Tutuka Ariadji.

Soal Utang Rafaksi Minyak Goreng ke Pengusaha, Kemendag: Mudah-mudahan Mei Selesai

Hasilnya, Lemigas mencatat bahwa Indonesia punya potensi sebesar 572,77 gigaton (GT) untuk salin akuifer, serta 4,85 GT pada deplated oil & gas reservoir.

Padahal, beberapa waktu lalu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, potensi penyimpanan CO2 di Indonesia mencapai 400 GT. Artinya, perhitungan Lemigas lebih besar dibandingkan proyeksi Luhut tersebut.

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Periksa Pegawai Kementerian ESDM

"Hasil ini juga lebih besar dari yang disampaikan oleh Rystad, tetapi lebih kecil dari yang disampaikan lembaga lain. Ini akan berkembang dan menjadi perhatian kami untuk memperbaharui data," kata Tutuka di kantor Lemigas, Jakarta, Selasa, 20 Februari 2024.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas), Tutuka Ariadji.

Photo :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya
Catat, Ini Daftar Bengkel yang Terima Konversi Motor Listrik Gratis

Dia menjelaskan, perhitungan potensi pada salin akuifer maupun deplated oil & gas reservoir itu, dilakukan pada 20 cekungan yang statusnya sudah berproduksi.

"Yang terbesar (cekungan) itu ada di North East Jawa sama yang paling kecil Cekungan Bawean," ujarnya.

Dia menambahkan, saat ini Indonesia memiliki 128 cekungan migas. Dimana, sebanyak 20 cekungan sudah berproduksi, 27 cekungan punya discovery, dan selebihnya hanya prospektif yang belum dieksplorasi.

Lemigas sendiri diakuinya telah melakukan penghitungan pada tahun 2015, pada jumlah cekungan yang lebih sedikit. Artinya, angka 572,77 GT itu merupakan pembaharuan, dari data yang dihasilkan tahun 2015 lalu.

Angka yang menjadi pegangan pemerintah itu menurut Tutuka juga akan dikonsultasikan ke sejumlah lembaga internasional, termasuk ke sejumlah perusahaan seperti Equinor, BP, dan Chevron.

"Pemerintah akan sampaikan asumsinya memakai angka tertentu, dan terserah bagi kita semua akan mengambil berapa. Biasanya industri akan mengambil 10 persen, jadi dari angka 572,77 GT itu 10 persennya dulu yang dipakai untuk dijalankan ke depannya," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya