Gubernur BI Buka-bukaan Penyebab Rupiah Menguat Usai Loyo di Awal Tahun

Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Jakarta – Bank Indonesia (BI) membeberkan penyebab nilai tukar rupiah balik menguat setelah melemah pada awal tahun 2024 ini. Bahkan, nilai tukar rupiah saat ini lebih baik dari won Korea Selatan hingga baht Thailand.

Ekonomi Global Diguncang Konflik Geopolitik, RI Resesi Ditegaskan Jauh dari Resesi

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan pada Februari ini nilai tukar rupiah terkendali yang didorong oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia.

"Pada Januari 2024 melemah 2,43 persen, nilai tukar rupiah pada Februari 2024 hingga 20 Februari 2024 kembali menguat 0,77 persen point to point," ujar Perry dalam konferensi pers di Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta, Rabu, 21 Februari 2024.

Menjadi Tulang Punggung Pengembangan Usaha Ultra Mikro Indonesia, PNM Ikuti 57th APEC SMEWG

Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI)

Photo :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Perry menjelaskan, penguatan nilai tukar rupiah ini didorong oleh aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik, dikarenakan baiknya prospek ekonomi RI.

Rupiah Melemah, Sri Mulyani Beberkan Mata Uang Negara-negara G20 Kondisinya Senasib

"Sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi yang tetap baik, dengan stabilitas yang terjaga dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik," jelasnya.

Dengan perkembangan ini tegas Perry, nilai tukar Rupiah hanya sedikit melemah 1,68 persen dari level akhir Desember 2023.

"Lebih baik dibandingkan dengan pelemahan won Korea, ringgit Malaysia, dan baht Thailand masing-masing sebesar 3,69 persen, 4,27 persen, dan 5,31 persen," jelasnya.

Maka dengan perkembangan tersebut jelas Perry, ke depannya nilai tukar rupiah diperkirakan akan stabil dengan kecenderungan menguat. Hal ini didorong oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing.

"Didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia, serta penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya