Rupiah Melemah, Sri Mulyani Beberkan Mata Uang Negara-negara G20 Kondisinya Senasib

Rupiah melemah terhadap dolar AS.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU/aa

Jakarta – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, tak membantah pelemahan yang terjadi pada mata uang Rupiah terhadap dolar AS, yang bahkan menembus di atas level Rp 16.000 per US$.

Sri Mulyani Prediksi Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tumbuh 5,17 Persen

Meski demikian, Menkeu mengatakan bahwa nasib serupa juga dialami oleh sederetan mata uang dari negara-negara lain, yang bahkan kondisinya lebih parah dari yang dialami Rupiah. Dia menjelaskan, hal itu disebabkan karena indeks dolar menguat 4,5 persen, sehingga mata uang lain terkoreksi.

"Negara-negara seperti sekitar kita dan di emerging country G20, ada di situasi yang mirip, bahkan ada yang lebih parah lagi. Tergantung dari pondasi dan kondisi ekonomi masing-masing," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA Edisi April 2024, di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 26 April 2024.

Trade Minister: No Need to Worry about Weakening of Rupiah

Menghitung uang kertas rupiah pecahan 100 ribu (Foto ilustrasi)

Photo :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Menkeu mencontohkan, nasib serupa Rupiah itu juga dialami oleh Baht Thailand yang terkoreksi 8,56 persen, Won Korea Selatan terkoreksi di 6,31 persen, Lira Turki anjlok 10,4 persen, serta Brazil di 5,06 persen, Vietnam 4,7 persen, Afrika Selatan 4,7 persen, Filipina 3,9 persen.

Sri Mulyani Proyeksi Ekonomi Global Tahun Ini Stagnan pada Level yang Rendah

"Jadi pergerakan nilai tukar, kecenderungan terjadinya capital outflow, koreksi nilai tukar, harga saham, dan yield dari surat berharga, menjadi fokus dari pembahasan menteri keuangan dan gubernur bank sentral di G20 maupun pertemuan IMF minggu lalu," ujarnya.

Karenanya, Sri Mulyani pun menekankan agar masing-masing negara harus mulai melakukan adjustment, dengan dinamika market yang cukup tinggi seperti saat ini. Dia merinci, dengan indeks dolar AS yang menguat, maka nilai tukar rupiah telah mengalami depresiasi 5,37 persen sejak awal tahun secara year-to-date (ytd).

Sementara pasar saham dan SBN domestik terpengaruh sentimen global, sehingga tercatat outflow saham mencapai Rp 13,08 triliun (mtd) dan outflow SBN mencapai Rp 16,65 triliun (mtd).

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers APBN KITA Edisi April 2024, di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 26 April 2024

Photo :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Menkeu menyampaikan, pasar keuangan domestik terdampak oleh ketidakpastian global, dimana Yield US Treasury dan SBN meningkat dan depresiasi nilai tukar terjadi di beberapa negara. Serta, masih terjadinya capital outflow di pasar keuangan domestik.

Sri Mulyani menambahkan, apabila dilihat dari capital outflow di surat berharga dan capital market di bulan April ini, telah terjadi perubahan akibat bank sentral Amerika Serikat (AS) yang cenderung mempertahankan suku bunga.

"Ini tentu memengaruhi dari mulai harga saham, nilai tukar dan surat berharga negara dari sisi yield kita," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya