Konsumsi Semen RI Jauh Tertinggal China

Buruh mengangkut semen di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta.
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis

VIVAnews - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Suryo Bambang Sulistyo mengatakan, konsumsi semen Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Konsumsi semen di Indonesia hanya 50 kilogram per tahun per kapita. Sedangkan di China, 1 ton per kapita per tahun. "Ini jelas Indonesia tertinggal," kata Bambang saat ditemui usai Konferensi Internasional Semen di Grand Hyatt Hotel, Nusa Dua, Bali, Senin 20 Juni 2011.

Guna meningkatkan konsumsi semen dalam negeri, Bambang menekankan pentingnya percepatan pembangunan infrastruktur dan pembangunan rumah. Selain itu, katanya, persoalan yang tak kalah pentingnya adalah penyelesaian pembahasan Undang-undang Pertanahan yang saat ini masih digodok Dewan Perwakilan Rakyat.

Sementara itu, terkait rencana pemerintah mendorong pembangunan pabrik semen di Papua, Bambang menyetujui hal itu. "Idealnya memang harus ada pabrik semen di Papua. Jadi biaya logistiknya tidak terlalu mahal."

Karena itu, dia mengatakan, yang harus dilakukan adalah percepatan pembangunan infrastruktur. "Dengan melihat potensi yang ada di Indonesia pasti banyak investor tertarik menanamkan modalnya di bidang industri semen, khususnya di Papua," tambahnya.

Sementara itu, terkait biaya angkut yang membengkak di Indonesia, Bambang melihat sebagai persoalan yang juga musti dicari jalan keluarnya. "Kapal-kapal dan pelabuhan-pelabuhan tidak cukup memadai," katanya.

Kadin sendiri, tutur Bambang, mengupayakan agar investor mau menanamkan investasinya di sektor perbaikan infrastruktur, di sektor jasa angkut, dan industri semen. "Ini karena rospeknya sangat tinggi," kata dia.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Semen Indonesia, Urip Timuryono mengatakan, saat ini pemerintah mempunyai program pembangunan pabrik semen di luar Pulau Jawa. Ini seiring dengan tingginya harga semen di luar Pulau Jawa. "Pemerintah memang mengharapkan, pabrik semen sebaiknyadibangun di luar Jawa, khususnya di Papua, karena di sana harga semen lebih tinggi 20 kali lipat dari daerah lain," katanya.

Lantaran harga yang membumbung tinggi, semestinya pembangunan pabrik semen di Papua menarik minat investor. Namun, hingga saat ini, belum ada investor yang berencana menanamkan investasi di sana. "Ada invvestor China dan India yang tertarik, tetapi hingga saat ini belum ada realisasinya," keluh Urip.

Urip melanjutkan, persoalan yang dihadapi pengusaha semen adalah tingginya harga bahan bakar. Pengusaha semen, menurut dia, menggunakan bahan bakar batu bara. Jika harga di pasar internasional naik, maka dipastikan pengusaha semen juga harus membeli sesuai harga internasional, karena pemerintah memiliki standar demikian. (Laporan: Bobby Andalan, Bali)

Punya Mertua Matre? Begini Jawaban Mamah Dedeh Buat Menantu Perempuan
VIVA Otomotif: All New Toyota Agya di GJAW 2023

Deretan Pilihan Mobil Baru Tahun 2024 dengan Harga Rp 100 Jutaan

Beberapa harga mobil baru mengalami kenaikan, namun masih ada yang harganya dikisaran Rp100 jutaan. Bagi Anda yang memiliki budget terbatas ada beberapa pilihan, apa saja

img_title
VIVA.co.id
8 Mei 2024