Dua Hambatan Investasi AS di Indonesia

Dubes AS, Scot Marciel, (tengah) berkunjung ke Pasar Gading, Solo, 12 Mei 2011
Sumber :
  • VIVAnews / Fajar Sodik

VIVAnews - Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Scot Marciel, mengatakan kondisi perekonomian Indonesia sangat mendukung untuk iklim investasi perusahaan-perusahaan AS, hanya saja masih terdapat hambatan yaitu birokrasi dan infrastruktur.

Orang Tua Pratama Arhan Langsung Sholat Dhuha dan Doakan Indonesia ke Final

"Kami melihat kesempatan yang masih amat besar, tapi masalah birokrasi dan infrastruktur itu kendala untuk berinvestasi. Meskipun begitu, ekspektasi ekspor ke Indonesia bisa tumbuh hingga 20 persen," kata Dubes AS, Scot Marciel, dalam konferensi pers, usai menyambut delegasi perdagangan AS, di Hotel Park Lane, Jakarta, Rabu, 12 Oktober 2011.

Pertumbuhan Indonesia, kata Marciel, yang mencapai 6,5 persen dan ekspor  Indonesia ke Amerika Serikat yang mencapai sekitar 20 persen serta kondisi ekonomi dan politik yang cukup stabil, para pengusaha AS seperti disampaikan Marciel menganggap kondisi itu sangat baik untuk menanamkan investasinya.  "Pengusaha mengharapkan bisa menjadi nomor tiga nilai investasi maupun perdagangannya di Indonesia, sekarang kami masih di nomor lima," katanya.

Bandara Supadio Pontianak Turun Kelas Jadi Bandara Domestik

Sementara itu, Pemimpin delegasi yang tergabung dalam Kamar Dagang Amerika di Singapura (The American Chamber of Commerce in Singapura / AmCham) sekaligus Duta Besar Amerika Serikat Untuk Singapura, David I Adelman, datang sebagai misi perdagangan ke Jakarta yang terdiri dari 31 pemimpin bisnis dari 26 perusahaan. "Kami membawa sekitar 30 perusahaan bisnis penting di AS, kami sudah berdiskusi tidak hanya dengan pemerintah tetapi juga dengan pelaku bisnis dari Indonesia dan pelaku bisnis AS," kata Dubes AS untuk Singapura, David I Adelman, dalam kesempatan yang sama.

Delegasi perusahaan, kata Edelman, mewakili berbagai macam bisnis di AS dan dijadwalkan untuk bertemu dengan Menteri Perindustrian Indonesia, Menteri Perdagangan, Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan pejabat pemerintah serta pengusaha lainnya. "Kami membawa representasi dari pengusaha, karena Indonesia adalah tempat paling menarik bagi investor dan Indonesia siap untuk investasi maupun bisnis, kita juga sudah diskusi komprehensif," katanya.

Kelanjutan Nasib Hyoyon SNSD, Bomi Apink hingga Im Nayoung Pasca Paspornya Ditahan Imigrasi Bali

Sebelumnya, dengan dukungan AmCham Singapura, Dubes Adelman telah melakukan misi perdagangan yang sangat sukses ke India dan Vietnam. Misi perdagangan ini, lanjut Adelman, dapat membantu perusahaan Amerika untuk menciptakan kondisi yang diperlukan untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan bisnis mereka. 

"Selama misi ini, saya telah melihat kebangkitan pengusaha Amerika kepada potensi ekspor ke Asia. Bisnis Amerika terbukti menjadi inovator yang selama lebih dari satu abad telah berdiri paling terkemuka secara teknologi dan riset pasar," kata Adelman.

Kerjasama dengan Amerika, kata Adelman, dapat membantu menggenjot pertumbuhan yang cepat di Asia dengan menyediakan produk dan layanan berkualitas dengan biaya yang kompetitif, peningkatan produktivitas dan menawarkan pilihan yang lebih banyak bagi konsumen dan bisnis.

"Peningkatan pada hubungan bilateral Indonesia-AS dan pembentukan kemitraan strategis dapat menciptakan peluang bisnis baru. Kami berharap dapat bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk memahami arah kebijakan utama di bidang infrastruktur dan pertambangan, dan solusi pembangunan," kata Direktur Caterpillar Corporate Affairs untuk India dan ASEAN, Sidharth Mande.

Misi ini akan termasuk briefing dengan kamar dagang lokal, membuat jaringan dengan bisnis yang beroperasi di Indonesia, dan diskusi dengan para pemimpin pemerintah.

Pada September lalu, AmCham Singapura merilis hasil survei potensi bisnis ASEAN, yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah daerah tujuan paling populer bagi perusahaan-perusahaan AS yang ingin ekspansi usaha, yaitu terdapat 72 persen dari responden mengaku bahwa perusahaan mereka berencana untuk ekspansi ke Indonesia. 

Dari survei itu terungkap, kekuatan Indonesia terletak pada lingkungan bisnis yang berbiaya rendah. Responden juga menikmati biaya tenaga kerja murah serta tempat tinggal dan biaya sewa kantor yang murah. Namun, ada juga kekhawatiran terutama dengan korupsi, hukum dan regulasi serta infrastruktur. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya