Rudi Rubiandini: Semua Berawal dari Lapangan Golf

Eks Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini ditahan KPK.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

VIVAnews - Kasus dugaan suap dari Kernel Oil Pte. Ltd kepada Kepala SKK Migas (waktu itu) Rudi Rubiandini beberapa waktu lalu mengagetkan banyak pihak. Rudi Rubiandini dikenal sebagai akademisi yang idealis dan jenius.

Rudi Rubiandini tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menerima dana sebesar US$700 ribu dari Kernel Oil, perusahaan trader berbasis di Singapura.

Mengerikan, Indonesia Lolos Semifinal Piala Thomas 2024 Usai Hancurkan Korea Selatan

Dalam perbincangannya kepada VIVAnews dan beberapa awak media lainnya, Senin 26 Agustus 2013, Rudi mengaku beberapa bulan sebelum kasus penangkapan tersebut, ia sudah diperingatkan orang akan ada usaha pendongkelan dirinya pada bulan Agustus 2013.

Kasus ini, membuat ia kapok menjadi birokrat. Ia lebih memilih kembali megabdikan ilmunya kepada masyarakat, khususnya industri migas. Berikut petikan wawancara dengan Rudi Rubiandini:

Bagaimana kabar Anda?


Kabar saya baik, di sini saya bisa beribadah membaca Al Quran setelah sehabis salat yang selama ini mungkin agak susah mencari waktunya.

Bisa diceritakan apa yang terjadi?


Sebenarnya sudah ada yang memperingati kejatuhan saya, saya akan jatuh di bulan Agustus, tapi ya sudah saya terima. Tugas saya di SKK Migas itu mengamankan penerimaan negara Rp450 triliun, itu yang saya perjuangkan. Perang saya di situ, tetapi ini diguncang dari samping, Rp10 miliar yang tidak bisa saya tolak.

Saya jatuh bukan di medan perang, tetapi oleh orang-orang yang berada di samping saya. Saya berjuang sendiri, bekerja dari setengah 6 pagi sampai tengah malam tidak berarti apa-apa karena kasus ini. Saya dihantam kiri kanan, depan, belakang, dan dalam.

Sebelum saya ditangkap saya terima ancaman 2-3 bulan sebelumnya, ada demo, mengancam akan mendongkel saya dari SKK Migas. Uang yang saya kejar itu hampir mencapai Rp450 trilun. Saya sudah berusaha untuk merapikan industri ini tetapi ada angin kecil seperti ini.

Saya ini sedang membenahi tata kelola migas, tentu banyak yang merasa terganggu apa yang saya lakukan. Yang jelas saya ini tidak pernah korupsi, tidak ikut ngurusin proyek-proyek. Tekanan muncul dari mana-mana, lihat sendiri kalau di DPR seperti apa ke saya, tetapi ternyata ditembaknya dari samping.

Bagaimana ceritanya, kenapa bisa ada uang suap?

Semua berawal dari lapangan golf, kalau saya tidak main golf pasti juga tidak akan seperti ini (sambil mengelus dada). Yang penting saya tidak korupsi, tidak peras orang. Memang salah saya, ada orang yang kasih saya terima.

Saya bukan malaikat, saya bukan orang suci tetapi saya tidak pernah memeras kontraktor atau meminta uang kepada mereka. Kalau sekarang ada yang memberi gratifikasi dalam jumlah yang saya pun tidak tahu dan tahu-tahu ada di rumah saya ya bagaimana.

Saya juga tidak tahu, malam itu tiba-tiba KPK datang ke rumah saya. Saya tidak tahu ada uang di dalam tas, itu uangnya ditaruh di tas golf dan dia (Ardi) kan datang ke rumah saya hanya sebatas untuk ngobrol. Ketika dia di rumah, KPK sudah langsung di pintu.

Tapi beredar kabar yang membawa uang sudah pergi dan Anda terima uang itu?


Saya tidak tahu apa-apa, selama ini saya tidak pernah terima uang sebesar itu. Saya tidak tahu ada uang, uang di taruh di tas golf dan tas golf tersebut diletakkan di ruangan saya karena kami ngobrol di rumah. Tidak ada kaitannya sama proyek. Jadi kabar dari Johan Budi itu salah semua.

Bapak kenal Kernel Oil?

Saya tidak kenal Simon. Saya belum pernah ketemu dengan Simon, tetapi saya memang sudah lama kenal dengan orang Kernel Oil yang di Singapura. Mereka suka konsultasi hal-hal teknis terkait dengan minyak.

Gelombang Panas di Myanmar Capai 48 Derajat Celcius

Pertemuan saya dengan orang Kernel Oil di Singapura, bukan untuk proyek ini itu tetapi murni soal teknis yang kebetulan waktunya hampir bersamaan. Tetapi tidak ada omongan soal itu (uang suap).

Bagaimana dengan pengacara, kami dengar tidak disiapkan oleh SKK Migas?


Pengacara masih famili saya, saya belum bisa kasih kontaknya karena masih dibentuk timnya. Sekarang terserah kalau dari kantor (SKK Migas) sudah tidak peduli. Saya tidak peduli, apakah saya mau diputus hubungan kerja atau tidak dapat pesangon sekalipun.

Masalah surat dan isu-isu yang berkembang?

Saya di tahanan tidak memegang alat, handphone, sama sekali, jadi saya mau menulis pakai apa? Saya belum pernah diperiksa sebagai terdakwa, itu mereka saja yang di luar, selama ini saya diperiksa sebagai saksi.

Setelah kasus ini selesai apa yang akan Anda lakukan?

Setelah ini saya tetap ingin kembali, tapi tidak ke birokrat, saya ingin  menyumbangkan profesionalisme, entah di asosiasi ataupun dunia pendidikan. Saya ingin menyumbangkan ilmu saya untuk kebaikan negeri ini, mungkin saya akan gabung dengan NGO. Saya akan tetap memberi yang bisa saya berikan untuk bangsa ini.

Sampai kapan proses penyelidikan di KPK?


Mungkin sekitar 4 bulan, mereka bilang waktu investigasi 4 bulan ya sudah saya jalani saja semuanya sesuai dengan hukum. Selama 4 bulan ini saya tidak bisa apa-apa, semua digeledah bahkan yang milik saya pribadi ikut disita. Biarkan hukum berjalan, nanti mereka juga tahu. Saya punya daftarnya, mana yang uang saya, mana yang bukan. 

Kalau ada yang mendeskreditkan saya, tolong di-counter balik, karena di media banyak yang keliru. Selebihnya yang terkait proses hukum biarkan saja berjalan, saya sudah ikhlas. Ikhlas dan tegar memang setiap manusia itu akan diuji atas apa yang diucapkan. (umi)

VIVA Militer: Pasukan Walet Hitam TNI saat buka blokade jalan

Modal Senyum, Pasukan Walet Hitam TNI Berhasil Buka Jalan yang Diblokade Massa Caleg Gagal Papua

Massa memblokade jalan di Distrik Kalome.

img_title
VIVA.co.id
3 Mei 2024