Sumber :
- ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
VIVA.co.id
- Hasil rapat bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal reserve
alias The Fed yang memberi kejelasan kapan suku bunga acuannya akan dinaikkan memberi sentimen positif bagi mata uang di beberapa negara, tidak terkecuali Indonesia.
Baca Juga :
Sofyan Djalil Masih Belum Puas Pimpin Bappenas
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil, di kantornya, Kamis malam 19 Maret 2015 mengungkapkan, signal tersebut dikeluarkan The Fed karena AS mulai menyadari bahwa penguatan mata uangnnya saat ini sudah tidak sehat.
"Dolarnya menguat sekali, karena selama ini akan naik suku bunga, ternyata tidak. Sehingga bukan hanya rupiah, tetapi mata uang lain juga menguat terhadap dolar AS," ujarnya.
Pemerintah menurutnya akan terus mencermati perkembangan perekonomian AS saat ini. Bauran kebijakan bekerjasama dengan Bank Indonesia terus diperkuat untuk mengantisipasi dampak ancaman gejolak ekonomi global.
Ssebelumya, Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, rencana kenaikan suku bunga acuan yang diumumkan Bank Sentral AS kemungkinan akan dilakukan pertengahan tahun ini, menghembuskan angin segar pada pasar keuangan Indonesia.
Hal tersebut memberi ruang bagi pemerintah Indonesia untuk mempersiapkan langkah-langkah antisipasi untuk meredam dampak dari kebijakan tersebut.
Salah satu yang akan dilakukan adalah menekan defisit transaksi berjalan yang saat ini masih menjerat. Empat kebijakan guna menekan defisit itu akan dikeluarkan sehingga dapat segera diterapkan.
![vivamore="
Baca Juga
:"]
[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
"Dolarnya menguat sekali, karena selama ini akan naik suku bunga, ternyata tidak. Sehingga bukan hanya rupiah, tetapi mata uang lain juga menguat terhadap dolar AS," ujarnya.