Faisal Basri Kritik Cara Pandang Pertamina soal BBM

Sumber :
  • Agus Tri Haryanto/VIVAnews
VIVA.co.id
BBM Turun, Astra Yakin Penjualan Kendaraan Meningkat
- Pernyataan PT Pertamina yang menyatakan harga BBM dengan kadar Ron 88 (Premium) saat menginjak harga Rp6.800 per liter itu paling murah dibandingkan dengan negara lain dianggap keliru oleh Tim Reformasi Tata Kelola Migas Nasional.

Sudirman: Harga BBM Tak Berubah hingga September 2016

Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Nasional, Faisal Basri mengatakan, pernyataan Pertamina tersebut adalah bentuk cara pandang keekonomian yang salah.
Ikuti Harga BBM, Pengusaha Minta Tarif Angkutan Diturunkan


Faisal mengatakan, negara lain yang mengikuti harga keekonomian, harga BBM dengan kualitas baik justru lebih mempunyai standar harga yang murah.


"Jika kita melihat perbandingan harga BBM di beberapa negara Asia, perbandingan gasoline dan gasoil di Indonesia dengan negara lain harus
apple to apple
, harus hati-hati," kata Faisal di kantornya di Jakarta, Rabu 1 April 2015


Menurut dia, harga rata-rata minyak dengan jenis gasoline yang medium, karena yang imperior seperti Premium itu dianggap sudah tidak ada. Maka saat mengacu pada global Petroprices Gasoline di Indonesia yakni 0,67 sen dolar seharusnya keluar harga Pertamax.


"Nah, jadi harga Rp8.700 kan,
pas
segitu. Tapi,
kok
Pertamina tiba-tiba malah memaksakan diri pakai Premium. Semua pakai gasoline medium,
eh
Pertamina pakai Premium. Itu tentu saja lebih murah," katanya.


Menurut Faisal, jika Indonesia menggunakan kadar Ron 92, dengan hitungan yang sudah ada tersebut atau menggunakan data dari Global Petroprices, harga BBM di Indonesia tidak akan menjadi yang paling mahal dan juga tidak menjadi yang paling murah.


"Bandingkan dengan Malaysia, paling tidak di sana yang seharusnya paling murah. Saya sendiri dari pribadi tidak rela. Jangan sampai strategi komunikasi seperti ini terjadi di Indonesia," ujarnya.


Faisal menambahkan, harga keekonomian yang selama ini dijelaskan Pertamina bukan mencerminkan harga ekonomi yang sesungguhnya. "Akan tetapi hal itu lebih ke harga ketidakefisienan. Jadi, kami harap Pertamina lebih jujur kepada rakyat," kata dia.


Menurut dia, Pertamina lebih menunjukkan komponen keekonomian yang membuatĀ  tidak efisien. Oleh karena itu, dia juga berharap Pertamina bisa lebih bekerja sama-sama dalam memberikan kebijakan, khususnya dalam urusan BBM.


"Ya sudah, kalau ada maling kita
gebukin
sama-sama, kita di sini tidak dalam posisi melemahkan Pertamina. Kita hanya ingin Pertamina kuat. Tapi itu dengan cara yang benar," tuturnya.![vivamore="
Baca Juga
:"]




[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya