Global Belum Membaik, BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 4,8%

Pendanaan Infrastruktur
Sumber :
  • VIVAnews/ Muhamad Solihin

VIVA.co.id - Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun ini akan berada di bawah lima persen. Bank sentral memproyeksikan pertumbuhan pada 2015 berada di rentang 4,7 sampai dengan 4,8 persen.

Sofjan Wanandi: Demo Tak Pengaruh Iklim Investasi

Gubernur BI, Agus Martowardojo, mengatakan, dalam dua bulan terakhir, ada beberapa perbaikan di sejumlah sektor penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, bank sentral tengah memperhatikan dua risiko utama yang ditimbulkan ekonomi global.

"Dalam kajian yang kami ikuti, pertumbuhan akan ada di kisaran 4,7 sampai 5,1 persen. Tapi kalau ingin didalami, itu ada di kisaran 4,7 sampai 4,8 persen. Ini masih di batas bawah," ujar Agus dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa 17 November 2015.

Bursa Asia Pasifik Tertekan Dinamika Pilpres AS

Dua risiko utama tersebut, menurut Agus, di antaranya adalah, sentimen negatif yang diberikan oleh pasar keuangan dan pertumbuhan ekonomi global. Salah satunya, normalisasi kebijakan bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve).

"Pengelolaan yang kami lihat memang ada kemajuan dari ekonomi domestik. Tapi, ada dua risiko. Pertama, keuangan global, dan pertumbuhan ekonomi global. Terutama kenaikan Fed Fund Rate," ungkapnya.

Singapura Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2016

Selain normalisasi yang dilakukan Federal Reserve, Agus menjelaskan, kekhawatiran lain adalah adanya divergensi kebijakan moneter yang dilakukan oleh Eropa. Belum lagi, lanjut dia, transformasi yang dilakukan oleh negeri Tirai Bambu, Tiongkok.

"Kami juga lihat ada kebijakan moneter di Eropa, Jepang, dan Tiongkok. Apalagi Tiongkok kita lihat ada internasionalisasi renmimbi," kata dia.

Menurut dia, semua indikator tersebut telah mencerminkan perekonomian global tengah diterpa isu tidak sedap. Negara-negara berkembang pun patut waspada terhadap sentimen negatif yang diberikan.

Agus menegaskan, BI sebagai bank sentral Indonesia akan tetap menjalankan pengelolaan kebijakan moneter yang efektif guna menjaga stabilitas keuangan domestik. Sentimen negatif yang diberikan setidaknya tidak akan berdampak signifikan.

"Secara umum, kami tetap akan menjalankan pengelolaan kebijakan moneter dengan prudensial dan konsisten. Kami jaga stabilitas. Jaga supply valuta asing dan demand-nya," ujar dia.

Defisit Transaksi Berjalan Membaik

Meskipun ada sejumlah indikator yang berpotensi memengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi tahun ini, ada salah satu sektor mengalami perbaikan yang cukup menggembirakan.

Agus memprediksi, defisit transaksi berjalan (CAD) mampu berada di bawah kisaran dua persen terhadap produk domestik bruto (PDB). "CAD di bawah dua persen dari PDB. Sepanjang tahun ini, diperkirakan jadi 2,1 persen dari PDB, dari yang sebelumnya 2,2 persen," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya