Dua Faktor Ini Bikin Pertumbuhan Kredit Perbankan Lesu

Perbankan
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA – Otoritas Jasa Keuangan tak memungkiri, upaya untuk mencapai target pertumbuhan kredit tahun ini di kisaran 11 persen cukup berat. Proses restrukturisasi dan konsolidasi yang saat ini dilakukan perbankan membuat upaya untuk mengejar target tersebut terasa berat.

Tembus Rp 39,1 Triliun, Laba Bersih Bank Mandiri Kuartal III-2023 Melesat 27,4%

Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, mengungkapkan, pertumbuhan kredit perbankan saat ini mencapai 7,8 persen, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, OJK memperkirakan, akselerasi pertumbuhan kredit hingga akhir tahun hanya mampu tumbuh sekitar 10 persen.

“Kelihatannya agak berat. Kami perkirakan akan tercapai 10 persen, in line dengan Pak Gubernur (Bank Indonesia, Agus Martowardojo),” kata Wimboh dalam konferensi pers di kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Selasa 31 Oktober 2017.

BI Klaim Fundamental Ekonomi Nasional Terjaga Meski Situasi Global Tak Menentu

Wimboh menjelaskan, perbankan saat ini masih dalam tahap restrukturisasi, karena rasio kredit bermasalah yang cukup tinggi. Tingginya kredit bermasalah perbankan disebabkan dari sejumlah debitur yang ikut terpukul dengan terpuruknya harga komoditas global.

Meski demikian, Wimboh menilai bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) saat ini sudah berada di level 2,9 persen, atau lebih rendah dari yang sebelummya mencapai 3,1 persen. OJK pun memperkirakan, dibutuhkan waktu setidaknya satu tahun ke depan, bagi perbankan untuk memulihkan kondisi kredit bermasalah.

Pertumbuhan Kredit Perbankan Turun, Gubernur BI: Ada yang Harus Kami Cek

“Kami perkirakan NPL akan menurun secara gradual, maka untuk kredit ke depan kami harap akan lebih baik dari periode ini karena proses restrukturisasi ini sudah hampir selesai,” ucapnya.

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, dalam kesempatan yang sama memproyeksikan, pertumbuhan kredit sepanjang tahun ini berada di kisaran 8-10 persen, atau di bawah target yang sebelumnya dipatok sebesar 11 persen. Ada berbagai tantangan yang harus dihadapi mengenai hal ini.

“Yakni, untuk meyakinkan korporasi dan perbankan bisa selesaikan konsolidasinya,” kata Agus.

Dengan proyeksi harga komoditas global yang membaik, Agus meyakini kondisi kredit bermasalah perbankan akan membaik. Maka dari itu, diharapkan hal tersebut bisa menjadi dorongan tersendiri untuk meningkatkan akselerasi kredit di semester kedua tahun ini. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya