Profil Agen-agen Elite Saudi yang Diduga Menghabisi Wartawan Khashoggi

Sejumlah jurnalis melakukan aksi solidaritas bagi wartawan Arab Saudi Jamal Khashoggi di depan Kedutaan Besar Arab Saudi, Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Arab Saudi telah menahan 18 orang dan memecat lima pejabat senior pemerintah sebagai bagian dari investigasi atas kematian jurnalis Jamal Khashoggi.

Hubungan Lagi Tegang, Menlu AS Temui Pangeran MBS di Arab Saudi

Khashoggi, kolumnis Washington Post dan pengkritik kebijakan Saudi, menghilang setelah memasuki Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018 untuk mengurus dokumen untuk pernikahannya.

Arab Saudi awalnya membantah mengetahui nasib Khashoggi. Namun pada Sabtu lalu, Jaksa Saudi mengatakan, Khashoggi tewas dalam perkelahian di dalam konsulat.

AS Ubah Nama Jalan di Depan Kedutaan Arab Saudi Jadi Jamal Khashoggi

Sumber-sumber keamanan Turki mengatakan, bahwa ketika Khashoggi memasuki konsulat, ia ditangkap oleh 15 agen intelijen Saudi yang datang langsung dengan dua pesawat beberapa jam sebelumnya.

Seorang pejabat senior Saudi menegaskan, bahwa saat ini mereka termasuk di antara 18 warga Saudi lainnya yang ditahan karena kasus Khashoggi. Tiga orang di antaranya merupakan warga lokal.

Lowongan Masinis Perempuan di Saudi Dibanjiri 28 Ribu Pelamar

Menurut pejabat Saudi dan Turki, sebagian besar dari 15 agen tersebut bekerja di militer atau dinas keamanan dan intelijen termasuk di istana kerajaan. 

Surat kabar pro-pemerintah Turki telah merilis foto para pria yang diambil dari rekaman kamera CCTV bandara, dua hotel, konsulat dan tempat tinggal konsul jenderal.

Profil beberapa anggota agen Saudi terkait kasus Khashoggi yang ditahan atau diberhentikan, berdasarkan pada foto-foto tersebut seperti dilansir Channel News Asia

Saud Al-Qahtani

Saud al-Qahtani dipandang sebagai tangan kanan Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohamad bin Salman atau MBS dicopot sebagai penasihat istana kerajaan dan merupakan tokoh dengan profil tertinggi yang terlibat dalam insiden tersebut.

Qahtani masuk istana Kerajaan Saudi di bawah kepemimpinan almarhum Raja Abdullah. Dia dikenal sebagai orang kepercayaan di lingkaran Pangeran Mohamad bin Salman (MBS). Dia kerap berbicara atas nama Putra Mahkota dan memberikan perintah langsung kepada pejabat senior termasuk bidang keamanan.

Bertugas melawan dugaan pengaruh Qatar di media sosial, Qahtani menggunakan Twitter untuk membalas kritik terhadap kerajaan pada umumnya dan kepada Pangeran pada khususnya. Dia juga menggunakan Twitter untuk menyerang kritikus dan menjalankan grup WhatsApp dengan editor surat kabar lokal untuk mendikte soal kerajaan.

Qahtani juga mencoba memancing Khashoggi untuk kembali ke Arab Saudi setelah dia pindah ke Washington karena takut akan pandangan-pandangannya melawan Saudi.

Maher Mutreb

Jenderal Maher Mutreb, seorang pembantu Qahtani untuk keamanan informasi adalah pimpinan negosiator di dalam konsulat. Dia merupakan seorang perwira intelijen senior dan bagian dari tim keamanan Pangeran Mohammed. Dia sering muncul dalam foto bersama dengan putra mahkota pada kunjungan resmi tahun ini ke Amerika Serikat dan Eropa.

Menurut pejabat Saudi, Mutreb terpilih untuk operasi di Istanbul karena dia sudah mengenal Khashoggi sejak mereka bekerja bersama di kedutaan Saudi di London. "Dia tahu Jamal sangat baik dan dia adalah yang terbaik untuk meyakinkan dia untuk kembali," kata pejabat itu.

Pada saat kejadian, Mutreb menemui Khashoggi di kantor konsul Saudi sekitar pukul 13.25. Dia mulai mendesaknya untuk pulang dan mengklaim dia dicari oleh Interpol.

Pejabat itu mengatakan, Khashoggi mengatakan kepada Mutreb bahwa dia telah melanggar norma-norma diplomatik dan bertanya apakah Mutreb berencana untuk menculiknya. Mutreb mengatakan dengan tegas benar demikian dengan maksud untuk mengintimidasi Khashoggi.

Salah Tubaigy

Salah Tubaigy adalah seorang ahli forensik di Departemen Pidana Kementerian Dalam Negeri Saudi menurut sebuah biografi yang diunggah oleh Komisi Saudi untuk Spesialisasi Kesehatan.

Dalam operasi di Istanbul, dia melakukan tugas seperti menghapus bukti seperti sidik jari atau bukti penggunaan kekerasan.

Tubaigy menghabiskan tiga bulan pada tahun 2015 di Institut Kedokteran Forensik Victoria Australia untuk mengamati prosedur penyelidikan kematian dan belajar tentang penggunaan CT scan untuk insiden kematian massal.

Ahmed al-Asiri

Ahmed al-Asiri, mantan Wakil Kepala Intelijen Umum termasuk di antara mereka yang dipecat oleh Raja Salman. Ia bergabung dengan militer pada 2002 dan juru bicara koalisi pimpinan Saudi yang ikut dalam perang sipil Yaman pada 2015.

Asiri diangkat sebagai Wakil Kepala Intelijen asing oleh keputusan kerajaan pada April 2017.

Moustafa al Madani

Moustafa al-Madani merupakan pemimpin 15 agen intelijen yang dikirim ke Turki. 

Menurut pejabat Turki, Madani mengenakan pakaian Khashoggi, kacamata dan arloji Apple dan pergi melalui pintu belakang konsulat untuk membuat seolah Khashoggi telah meninggalkan gedung konsulat.

Madani adalah pegawai pemerintah yang belajar di King Fahd University of Petroleum and Minerals di Provinsi Timur Arab Saudi.

Meshal Saad Albostani

Meshal Saad Albostani adalah Letnan di Angkatan Udara Saudi dari kota pelabuhan Laut Merah Jeddah. Pejabat senior Saudi mengatakan dia bertanggung jawab atas logistik tim Istanbul. Albostani belajar di University of Louisville di Kentucky menurut Facebook

Anggota lain dalam Tim:

Abdulaziz Mohammed al-Hawsawi adalah anggota tim keamanan yang melakukan perjalanan dengan putra mahkota Saudi menurut laporan New York Times yang mengutip seorang profesional Prancis yang telah bekerja dengan keluarga kerajaan. Dia berusia 31 tahun menurut salinan paspor yang diberikan kepada media AS oleh pejabat Turki. 

Jenderal Rashad bin Hamed al-Hamadi dicopot sebagai Dirjen Keamanan dan Perlindungan dalam Presidium Umum Intelijen.

Jenderal Abdullah bin Khaleef al-Shaya dicopot sebagai Asisten Kepala Intelijen Umum untuk sumber daya manusia.

Jenderal Muhammad Saleh al-Ramih diberhentikan sebagai Asisten Kepala Intelijen Umum untuk urusan intelijen.

Namun ketiga jenderal tersebut tidak bisa dihubungi media massa untuk dimintai komentar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya