Puluhan Ribu Warga Sudan Turun ke Jalan, Protes Pemerintahan Militer

Peta Sudan dan Sudan Selatan
Sumber :
  • Google Maps

VIVA – Puluhan ribu warga Sudan, turun ke jalan di Ibu Kota Khartoum pada Minggu waktu setempat, 30 Juni 2019, menuntut pemerintah militer menyerahkan kekuasaan kepada warga sipil.

Innalillahi, Prajurit Terbaik TNI Angkatan Darat Meninggal Dunia Tersambar Petir

Petugas keamanan menyemprotkan gas air mata kepada pengunjuk rasa di kota tersebut. Sementara itu, sebuah kelompok oposisi mengklaim bahwa seorang aktivis terbunuh dalam demonstrasi di tempat lain di negara itu.

The Sudan Doctors Committee menyebutkan, seorang peserta aksi berusia 20 tahunan ditembak mati di Kota Atbara bagian Utara. Kelompok yang sama mengatakan, seorang pengunjuk rasa terluka di Khartoum.

Korut Kirim Utusan ke Iran, Kira-kira Ini yang Dibahas

Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, Wakil Ketua Dewan Militer yang berkuasa mengatakan, tiga orang tentara dari kelompok paramiliter Rapid Support Forces terluka selama protes di ibu kota.

Dalam aksi unjuk rasa tersebut, demonstran di Khartoum mengibarkan bendera Sudan dan meneriakkan "sipil, sipil" dan "darah untuk darah" dalam protes terbesar yang terlihat sejak serangan mematikan oleh pasukan keamanan di sebuah kamp protes tiga minggu lalu.

Masuk Jebakan, Tentara Israel Ditembak Mati Sniper Hamas di Gaza Utara

Kelompok-kelompok oposisi mengatakan, demonstrasi diadakan di kota-kota di seluruh Sudan, setelah badan koalisi Forces for Freedom and Change (FFC) menyerukan satu juta orang untuk keluar ke jalan-jalan pada hari Minggu.

Penguasa militer Sudan, menggulingkan presiden otokratis Omar al-Bashir pada 11 April 2019, setelah berbulan-bulan demonstrasi menentang pemerintahannya.

Pembicaraan antara pemerintah dan kelompok-kelompok oposisi tentang kemungkinan kesepakatan pembagian kekuasaan gagal, setelah dinas keamanan menyerang aksi protes di luar Kementerian Pertahanan pada 3 Juni 2019.

PBB mengungkapkan, telah menerima laporan bahwa lebih dari 100 peserta unjuk rasa tewas dan banyak lainnya terluka dalam aksi protes pada 3 Juni 2019.

Para pemimpin militer membantah, memerintahkan serangan di kamp dan mengatakan tindakan keras tersebut. Dewan mengatakan, beberapa petugas ditahan, karena dianggap bertanggung jawab dan masih berniat untuk menyerahkan kekuasaan setelah pemilihan. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya