Kongres AS Resmi Batasi Ambisi Militer Trump Perangi Iran

Komandan Pasukan Khusus Iran, Mayor Jenderal Qassem Soleimani.
Sumber :
  • ABC News

VIVA – Pada Rabu 11 Maret  2020, kongres Amerika Serikat (AS) menyetujui  sebuah resolusi perang yang bertujuan untuk mengurangi wewenang Presiden AS Donald Trump untuk berperang melawan Iran. Pengesahan resolusi tersebut menjadi teguran bagi Trump karena keputusannya memerintahkan pembunuhan Jenderal  Iran, Qasim Soleimani pada Januari 2020 silam.

Donald Trump dan Kedua Anaknya Akan Diperiksa Terkait Penipuan

Menurut Aljazeera, 55 persen suara hasil voting menyetujui resolusi tersebut. DPR AS mengirim hasil ini kepada Trump yang mengancam akan memveto itu. Namun wajib dibutuhkan dua per tiga suara di Dewan untuk melakukan veto.

Langkah tersebut mengharuskan Trump mendapatkan persetujuan kongres dalam aksi militer selanjutnya terkait tindakan militer berkaitan dengan Iran.

Donald Trump Ambil Surat Cinta Kim Jong Un dari Gedung Putih

Trump sebelumnya memerintahkan membunuh Jenderal Qasim Soleimani, seorang pemimpin pasukan elite Iran, pasukan Quds di Bandara Baghdad pada 3 Januari 2020 lalu. Eskalasi konflik AS dengan Iran karena itu terus meningkat. Kongres AS khawatir akan bisa terjadi perang terbuka.

Iran merespons pembunuhan tersebut dengan menyerang pangkalan militer Amerika Serikat di Irak yang menyebabkan lebih dari 100 tentara Amerika mengalami luka-luka dan trauma. Bahkan hari ini pangkalan militer AS dan Inggris di Baghdad diserang roket hingga tiga tentara disebutkan tewas.

5 Fakta Tewasnya Jenderal Qassem Soleimani, Iran Akan Balas Dendam?

“Konstitusi memberikan kongres wewenang dan tanggung jawab untuk menyatakan perang”, kata Anggota Kongres Steny Hoyer.

Di bawah Power Act of 1973, resolusi tersebut mengarahkan kepada penghapusan pasukan AS dari permusuhan dengan Iran yang belum disahkan kongres. Namun menurut Gedung Putih, resolusi tersebut tidak sesuai dengan realita sekarang.

“Itu dirancang beberapa minggu lalu untuk mencegah peningkatan tensi antara Amerika dan Iran.” disebutkan oleh keterangan Gedung Putih.

Ketengangan antara AS dan Iran juga telah meningkat setelah AS keluar secara sepihak dari Perjanjian Nuklir 2015 dengan Iran pada tahun 2018 lalu. Sejak saat itu, Trump melakukan kampanye dengan tekanan maksimum terhadap Iran termasuk sanksi ekonomi, isolasi diplomatik dan ancaman militer.

“Iran tidak akan mendapatkan senjata nuklir ketika kita mengawasinya” kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dilansir Aljazeera.

Sementara sentimen antiperang meningkat di Kongres karena melihat nasib tentara Amerika yang terperosok di Suriah, Afghanistan dan Irak. Trump berulang kali mengatakan bahwa dirinya akan mengakhiri perang Amerika di Timur Tengah serta mendorong terjadinya perbincangan damai antara Taliban dengan pemerintah Afghanistan yang didukung Amerika.

Namun, pemerintahan Trump selalu mencari pembenaran terkait serangan terhadap Soleimani di Baghdad. Mereka awalnya mengatakan Soleimani merencanakan serangan terhadap pasukan dan situs militer AS. Namun mereka tidak menjelaskan detailnya seperti apa dan tidak menyebutkan ancaman yang terjadi.

Serangan udara AS terhadap Soleimani di Irak membuat publik Irak menuntut agar pasukan AS keluar dari negaranya. Namun sejauh ini, AS tidak mengindahkan desakan tersebut.

Pengambilan suara di Kongres pada hari Rabu semakin menunjukkan bahwa Trump tidak memiliki potensi dukungan untuk berperang dengan Iran.

DPR AS dipimpin Partai Demokrat sebelumnya juga telah mengambil suara pada 30 Januari untuk menyetujui dua langkah yang bertujuan batasi kemampuan Trump mengarahkan aksi militer di Timur Tengah.

Laporan: Dion Yudhantama

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya