Donald Trump Sembunyi di Bungker Saat Demo Besar Floyd di Gedung Putih

Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Sumber :
  • Twitter.com/@realDonaldTrump

VIVA – Aksi demonstrasi menuntut keadilan atas kematian pria 46 tahun berkulit hitam, George Floyd meluas hingga ke Gedung Putih. Pada demonstrasi Jumat malam waktu setempat, para pengunjuk rasa melakukan aksi demonstrasi mereka di luar Gedung Putih dan meminta Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengusut kasus kematian Floyd. 

Penyebaran Narkoba Jenis Fentanil Jadi Ancaman Global

Namun di tengah aksi warga Amerika di luar Gedung Putih pada Jumat malam lalu, menurut laporan NYT, ternyata Donald Trump beserta istri, Melania Trump dan sang anak Baron Trump bersembunyi di bungker Gedung Putih. Hal tersebut merupakan keputusan dari Secret Service untuk menjamin keselamatan presiden beserta istri dan anaknya. 

Sontak saja, kabar Trump yang bersembunyi di bungker Gedung Putih menuai banyak kritik pedas dari masyarakat, terutama setelah Trump membual tentang para pembela dan mengejek para pengunjuk rasa pada beberapa tweet pada hari Sabtu lalu. 

Donald Trump Jual Sneakers 'Emas', Tak Lama Setelah Didenda Rp5,56 Triliun

"Kerja yang bagus semalam dilakukan oleh A. SecretService A.S. di Gedung Putih. Mereka tidak hanya benar-benar profesional, tetapi juga sangat keren.  Saya ada di dalam, mengawasi setiap gerakan, dan tidak bisa merasa lebih aman.  Mereka membiarkan "pengunjuk rasa" menjerit & berteriak sebanyak yang mereka inginkan, tetapi setiap kali seseorang," tulis Trump pada Sabtu 30 Mei lalu. 

Banyak pengguna Twitter menuduh Trump "bersembunyi" dari warga Amerika yang seharusnya ia pimpin melalui masa krisis.  Mereka juga menuduhnya menolak mengakui kemarahan yang memicu protes besar-besaran di seluruh Amerika Serikat dalam beberapa hari terakhir atas kematian Floyd, pria kulit hitam yang terbunuh oleh polisi.

Wow! Film Agak Laen Bakal Tayang di Amerika Serikat, Los Angeles hingga Las Vegas

"Negara ini benar-benar berantakan dan 'pemimpin' kami tidak dapat ditemukan di manapun," tweet seorang pengguna.

Pengguna lain menyebut Trump sebagai "pengecut" dan "bunker boy" - salah satu dari beberapa nama panggilan terkait bunker yang ramai di Twitter Senin, bersama dengan tagar "Bunker Don" dan "Bunker Trump."

Banyak orang berbagi gambar Gedung Putih yang semua penerangan di gedung tersebut mati pada hari Minggu malam setelah aksi protes berlangsung di akhir pekan di Washington, D.C.

Para kritikus berpendapat bahwa foto itu adalah simbol tanggapan Trump terhadap kebrutalan polisi terhadap orang Afrika-Amerika.

"Mematikan lampu dan bersembunyi di ruang bawah tanah berfungsi ketika Anda ingin mengabaikan Trick atau Treaters. Ini tidak akan berfungsi sekarang. # Protests2020 #BlackLivesMatter #GeorgeFloyd #BeakerFloyd #GeorgeFloyd https://twitter.com/markknoller/status/1267291138655956992  …, "tulis seorang netizen. 

Beberapa orang kembali mengunggah ulang tweet Trump pada 2014 lalu yang mengkritik kepemimpinan Presiden Barack Obama saat itu.

"Ini hampir seperti Amerika Serikat tidak memiliki Presiden. Kami adalah kapal tanpa kemudi menuju bencana besar.  Semoga beruntung semuanya!" tulis Trump dalam tweet lama.  

Tidak sedikit netizen yang mendorong teori konspirasi tentang pengunjuk rasa yang diklaim Trump tidak sah. Hal ini merujuk pada omomgan Trump pada akhir pekan lalu yang menyebut para pemrotes dijalankan oleh Antifa itu sebagai organisasi teroris.

"Ini adalah 'Grup Terorganisir' yang tidak ada hubungannya dengan George Floyd," Trump tweeted setelah kunjungan bungkernya.  

Pada Minggu malam waktu setempat terjadi protes di lusar Gedung Putih yang berujung pada kekerasan. Beberapa orang kemudian melakukan aksi pembakaran dan melemparkan batu.  Akibat aksi tersebut tujuh belas orang ditangkap selama protes pada hari Minggu, lapor Washington Post.  Kebanyakan dari mereka adalah penduduk setempat.

Ribuan orang telah ditangkap di seluruh Amerika Serikat setelah beberapa hari protes yang dibarengi dengan kasus penjarahan, perusakan, pembobolan dan pembakaran mobil polisi.

Untuk diketahui, aksi demonstrasi yang terjadi di berbagai daerah di Amerika Serikat selama sepekan ini merupakan buntut dari kematian George Floyd pada 25 Mei lalu. Floyd meninggal setelah Derek Chauvin, petugas kepolisian Minesotta yang mencekik Flyod dengan lututnya. Hingga beberapa menit kemudian Floyd perlahan berhenti berbicara dan bergerak.

Baca juga: Antifa Dituduh Kelompok Dalang Kerusuhan Meluas AS, Siapa Mereka

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya