Abu Jenazah Remaja Ini Dibagi Dua karena Orangtua Ribut Soal Nama

Ilustrasi Batu Nisan
Sumber :
  • Pixabay/ Hans

VIVA – Bocah berusia 15 tahun di Perth, Australia dimakamkan dua kali secara terpisah setelah orangtuanya setuju untuk membagi abunya. Jenazah laki-laki transgender itu diperebutkan kedua orangnya, karena mereka berdebat soal jenis kelamin dan nama anak itu.

Produk Baja Lapis RI Siap Ekspansi ke Pasar Konstruksi Australia

Orangtua anak tersebut bahkan membawa persoalan itu ke Pengadilan Keluarga setelah gagal mencapai kesepakatan untuk memilih nama untuk nisan putra mereka. Bocah itu meninggal di rumah sakit pada 4 Maret lalu, setelah mencoba membunuh dirinya.

Setelah kematiannya, orangtua anak itu berdebat soal nama yang akan diberikan pada batu nisan, apakah nama lahirnya atau nama yang dia pilih untuk dirinya sendiri sebelum menjadi transgender. 

Pengamat Sepakbola Asing Sorot Timnas Indonesia: Gaya Main Mereka Langka di Asia

Ibu anak itu mengatakan siap membawa masalah tentang nama itu ke Mahkamah Agung. Menurutnya, putranya akan "tidak suka" melihat nama yang salah di batu nisannya. 

"Ayahnya ingin semua abu (dikebumikan bersama) dan nama (kelahiran) di atas nisan. Saya akan setuju untuk mencantumkan (nama lahir) pada nisan, tapi setelah nama pilihannya," kata sang ibu dilansir dari 7news.

2 Transgender Thailand Mencari Pembebasan dari Dinas Wajib Militer

Ibunya menceritakan putranya memperjuangkan identitasnya, dan khawatir tentang nama mana yang akan digunakan untuk emailnya ketika memulai sekolah baru. 

Akhirnya orangtua anak itu setuju untuk membagi abunya, dan meletakkan kedua nama itu pada plakat peringatan. Tapi nama lahir anak itu tetap menjadi nama yang tertulis di akte kematiannya, karena namanya tidak diubah secara resmi sebelum kematiannya.

Hukum di Australia Barat tidak mengizinkan anak-anak untuk mengubah nama mereka tanpa persetujuan kedua orangtua, dan jika hanya satu orangtua yang menyetujui, masalah tersebut akan dibawa ke Pengadilan Keluarga.

Orang-orang yang dicintai menggambarkan anak berusia 15 tahun itu sebagai "teman yang baik dan penuh perhatian yang selalu mendengarkan," dan "seniman luar biasa yang hebat dalam menggambar, melukis, dan merias wajah".

Ketika dia berusia 14 tahun, remaja tersebut didiagnosis dengan gangguan kepribadian, tetapi ibunya tidak mengetahuinya sampai sehari sebelum dia meninggal.

Ibunya mengatakan dia tidak yakin apakah jika dia mengetahui tentang gangguan itu akan membuat anaknya tetap hidup, tetapi mengatakan dia akan memberinya lebih banyak dukungan.

Sebelum kematiannya, bocah itu dirujuk ke Layanan Keragaman Gender Perth, sebuah layanan rawat jalan untuk anak-anak yang mengalami masalah keragaman gender.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya