Logo ABC

Masalah Tersembunyi di Australia: Migran-Pengungsi Jadi Gelandangan

Roya Hamidavi dan putranya Aiden khawatir mereka akan tidak punya tempat tinggal lagi. (ABC News: Norman Hermant)
Roya Hamidavi dan putranya Aiden khawatir mereka akan tidak punya tempat tinggal lagi. (ABC News: Norman Hermant)
Sumber :
  • abc

Namun ketika pemilik rumah kemudian menjual rumahnya, Roya harus pergi dari rumah tersebut.

"Saya tidak tahu mau kemana lagi. Saya sudah berusaha mencari berbagai tempat, bahkan tinggal bersama dengan yang lain dalam satu rumah. Mereka tidak mau menerima saya," katanya.

Setelah menaruh barang-barangnya di garasi mobil temannya, Roya, seperti juga banyak pengungsi lain kehabisan opsi.

Dia dan bayinya yang berusia enam bulan ketika itu harus tidur di taman.

"Itulah mengapa saya menghabiskan semalam di jalanan bersama anak saya. Dan saya ketakutan. Rasanya seperti mimpi buruk."

Sejak itu, Roya dan Aiden kembali tinggal bersama ibu dan kakak laki-lakinya di rumah dua kamar.

Aiden yang sekarang berusia empat tahun menderita beberapa gangguan perkembangan seperti autisme, gangguan pada otak, dan masalah lain.

Rumah yang mereka tempati penuh sesak dan tidak layak untuk bisa mengurusi Aiden.

Mereka bisa menyewa rumah dengan bayaran Rp16 juta per bulan itu karena bantuan organisasi komunitas Refugee Voices.

Roya ingin pindah ke akomodasi yang lebih memadai untuk mengurusi anaka yang difabel seperti Aiden, yang tidak bisa menggerakkan kakinya sendiri.