Logo BBC

Pengungsi Rohingya kabur dari RI ke Malaysia dengan Bayar Rp20 Juta

Pengungsi Rohingya. BBC Indonesia
Pengungsi Rohingya. BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Kepada BBC News Indonesia, Nurhabah mengaku tidak memiliki ponsel. "Makanya tidak keluar," kata dia.

"Waktu itu tidak seketat hari ini," lanjut dia. Kepada teman lain yang juga memiliki telepon genggam, seorang perempuan Rohingnya yang kabur pada 10 Februari lalu mengirimkan foto-foto mereka tengah menunggu di rawa-rawa.

Nurhabah berkata, karena tak ada ponsel pula, sudah satu bulan lebih sejak tiba di Indonesia ia masih belum bisa menghubungi orang tuanya yang berada di Bangladesh. Begitupun saudaranya yang saat ini berada di Malaysia, aku dia, tak bisa menghubunginya.

"Bagaimana mereka [di Malaysia] bisa menghubungi saya?" tukasnya.

Pengungsi yang tersisa lainnya, Zamaluddin, 45 tahun, kepada BBC Indonesia mengaku tidak berniat lari secara ilegal.

Ia memilih bertahan di Lhokseumawe, sembari menunggu kabar dari UNHCR untuk ditransfer ke negara ketiga.

"Tujuannya bukan ke sini, jadi saya akan menunggu kabar PBB untuk diberangkatkan ke negara ketiga di wilayah Eropa. Saya tidak mau ke Malaysia," ia menyangkal.

Bagaimanapun, Zamaluddin juga menambahkan, dari negara asalnya, dia mengaku membayar kepada penyelundup untuk bisa sampai ke sini.

"Saya membayar 20 ribu uang Bangladesh [setara Rp3 juta] untuk tujuan ke Malaysia atau Indonesia, namun di tengah perjalanan terjadi kerusakan kapal. Mereka yang membawa [para pengungsi] telah kabur. Kemudian nelayan Indonesia menolong," kisahnya.

Zamaluddin mengaku memiliki keluarga yang kini berada di Malaysia. Ia juga mengatakan memiliki keponakan yang telah diberangkatkan ke Kanada dan Amerika, meski tak merinci dari negara mana keponakannya itu diberangkatkan.

Alif, orang Rohingya yang juga pernah menjadi penjemput dalam rangkaian penyelundupan ilegal para pengungsi, mengaku sangsi dengan pengakuan Zamaluddin soal menunggu ditempatkan ke negara ketiga.

"Saya menduga mereka tidak jujur dan telah melakukan musyawarah, sehingga ketika ditanya semua menjawab seragam [tidak mau kabur]," ujar Alif.

Berbagai sumber sebelumnya telah menyatakan bahwa para pengungsi Rohingya yang tiba di Indonesia ini tak pernah berniat menetap. Chris Lewa, direktur organisasi non-pemerintah Arakan Project, dalam wawancara dengan BBC Indonesia pada awal tahun lalu menegaskan itu.

"Sekarang para penyelundup, tahu bahwa [orang Rohingya] tidak akan masuk Thailand karena sudah ada beberapa kapal kecil yang masuk ke Thailand beberapa tahun terakhir - biasanya semua orang ditahan di sana," kata dia.