5 Alasan Orang Indonesia Disebut-sebut Dukung Invasi Rusia Ke Ukraina

VIVA Militer: Presiden Rusia, Vladimir Putin
Sumber :
  • independent.co.uk

VIVA – Publik Indonesia disebut-sebut mendukung invasi Rusia atas Ukraina. Tapi apakah itu benar? Persoalan Rusia dan Ukraina masih hangat untuk dibahas. Walaupun langkah Rusia banyak dikecam oleh berbagai negara Barat, nyatanya tidak sedikit publik Indonesia yang justru berpihak pada Rusia dan mendukung tindakan negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin Itu.

Di Tengah Pertempuran Rusia-Ukraina, Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditangkap Karena Terima Suap

Tidak hanya itu banyak sekali yang mengidolakan sosok Presiden Vladimir Putin sebagai panutan dan sikap yang dinilai sebagai heroik. Hal tersebut dapat dilihat dari Kajian Riset sebuah Lembaga Pemantauan dan analisis digital Evello.

Berikut beberapa alasan orang Indonesia dukung Invasi Rusia ke Ukraina, seperti dikutip dari Channel Youtube Data Fakta, sebagai berikut:

Wamenhan Rusia Ditangkap Atas Dugaan Korupsi

1. Anti-Barat dan Amerika Serikat

Presiden Joe Biden bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat.

Photo :
  • VOA
5 Negara Pemegang Hak Veto di PBB, Keputusan Internasional Ada di Tangan Mereka

Menurut peneliti Studi Rusia dan Eropa Timur, Universitas Airlangga Surabaya, Radityo Dharmaputra mengatakan sudah sejak lama Indonesia memiliki sikap politik anti Amerika Serikat atau anti barat khususnya setelah perang melawan terorisme. Hanya saja saat media sosial belum populer tidak banyak memperlihatkan sikap ini secara terbuka, seperti aksi demonstrasi invasi Rusia ke Ukraina dipandang oleh warga negara indonesia sebagai salah satu bentuk melawan Amerika Serikat dan NATO.

Kondisi seperti ini membuat publik Indonesia olah-olah berpihak pada Rusia. Padahal tersebut akibat Rusia berseberangan dengan Amerika Serikat. Maka dalam situasi seperti ini publik harus lebih cerdas tidak boleh mudah terhasut narasi dominan dari kalangan elit dan akademisi.

2. Standar Ganda Barat

Serangan Polisi Israel ke warga Palestina di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem Timur.

Photo :
  • istimewa

Banyak publik Indonesia yang membandingkan dukungan Barat pada Ukraina dengan pelannya respon terhadap Palestina. publik Indonesia pun kesal manakala negara barat mengeluarkan kebijakan berbeda ketika rusia menginvasi ukraina dengan apa yang dilakukan Israel pada Palestina, salah satu dukungan atas invasi Rusia ke Ukraina lebih dari sekedar wujud kekesalan atas sikap negara barat, salah satu contoh lain ketika beberapa negara Eropa menyebut para pengungsi dari Ukraina untuk memebrikan perlindungan, semenetara Eropa tidak terlalu ramah dengan pengusngi Suriah di Eropa.

Nyatanya terdapat 12 juta warga Suriah terlantar akibat terjadinya perang di negaranya. Jadi sangat wajar banyak perbedaan kritikan aksi ini dan reaksi dari barat ini. Eropa dipandang seperti menahan pengungsi Suriah dan pengungsi lainnya pada tahun 2015, sedangkan dari awal invasi Rusia ke Ukraina. Uni Eropa mengatakan sekitar 400 ribu pengungsi Ukraina akan memasuki negara Uni Eropa yang ada di perbatasan Ukraina.

Sentimen publik Indonesia yang mendukung invasi Rusia ke Ukraina juga didasari kekecewaan pada negara barat yang cenderung membiarkan konflik Israel dan Palestina. Sikap Amerika Serikat yang cepat memberikan sanksi kepada Rusia saat invasi dimulai, berbanding terbalik dengan sikapnya yang membiarkan serangan Israel ke Palestina yang sudah lebih dari 70 tahun. Hal inilah yang disebut sebagai standar ganda barat.

3. Figur Pemimpin Rusia

Presiden Rusia, Vladimir Putin

Photo :
  • Washington Times

Di penjuru dunia, beberapa negara menganggap bahwa invasi Rusia ke Ukraina adalah perbuatan yang sangat kejam dan kelam yang terjadi dalam momen sejarah. Namun yang terjadi di media sosial Indonesia, malah publik Indonesia memuji Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Warga Indonesia cenderung melihat sosok Vladimir Putih sebagai figur seperti mantan Presiden Indonesia Soekarno serta tokoh militer yang kuat Prabowo Subianto. Hal tersebut melihat sosok Vladimir Putin sebagai sosok yang gagah dan tegas dibandingkan dengan Volodymyr Zelensky yang merupakan dulunya sebagai komedian.

Seperti yang kita ketahui. Vladimir Putin merupakan mantan Badan Intelijen Rusia, maka dari itu warga negara Indonesia mulai tertarik dengan sosok penguasa Rusia itu yang digambarkan memiliki karakter kuat dan tegas.

4. Rusia Teman Islam?

VIVA Militer: Vladimir Putin dan Ramzan Kadyrov

Photo :
  • politico.eu

Sebagian warga negara Indonesia mendukung invasi Rusia ke Ukraina dikaitkan dengan sentimen agama. Hal tersebut merujuk dari kondisi kanal media Rusia yang kerap menampilkan bersahabat dengan Islam, seperti diungkapkan dari berbagai sumber. Vladimir Putin sangat ramah dengan keberadaan muslim di negara Rusia, Vladimir Putin sering mengutip beberapa ayat Al-Quran saat berpidato dan saat peresmian Masjid terbesar di Moskow, Selain itu Vladimir putin pernah mengangkat tokoh muslim Ramzan Kadyrov sebagai Presiden Chechnya yang berada di wilayah bagian Rusia.

Tidak hanya itu, Kanal media sosial Indonesia kerap menampilkan konten bangsa Rusia yang dipercaya sebagai Bangsa Rum yang akan berkolaborasi dengan umat islam, hal ini diperkuat dengan kelompok dari Azov Neo-Nazi Ukraina yang menaburkan minyak lemak babi di pelurunya dan akan ditembak kepada pasukan Rusia Chechnya, dan Rusia memiliki sejarah panjang saat konflik dengan negara Islam melakukan penyerangan seperti invasi ke Afghanistan serta penyerangan militer Rusia ke Suriah.

5. Gencarnya Diplomasi Publik Rusia

VIVA Militer: Batalyon Taktis Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF)

Photo :
  • inf.news

Ketegangan Rusia dengan Ukraina cenderung dinilai bukan bentuk Invasi tetapi sebagai operasi militer, Gencarnya diplomasi yang dilakukan oleh publik Rusia juga berefek pada keberpihakan Indonesia. pasalnyanyta Rusia selalu memberikan beasiswa kepada para mahasiswa yang ingin melanjutkan studinya di Rusia.

Duta besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin pernah marah pada analis Rusia yang dihadirkan untuk sebuah diskusi yang diadakan di salah satu Universitas Negeri yang ada di Jakarta, Vasyl Hamianin mengatakan orang tersebut tidak memberikan sikap ilmiah dan propaganda komunis Soviet.

Begitu juga dengan beberapa penulis artikel dengan berulang kali mengungkapkan tentang propaganda Rusia. Operasi invasi Rusia ke Ukraina hanya sebuah militerisasi untuk Ukraina yang bisa mematuhi apa yang diinginkan oleh Vladimir Putin, bagaimanapun dulunya Ukraina termasuk bagian dari Uni Soviet.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya