- eupoliticalreport.eu
VIVA Dunia – Lebih dari 200 tentara Rusia tewas dan 300 lainnya luka-luka setelah pasukan Ukraina menyerang pangkalan militer Rusia di kota Melitopol yang diduduki sementara oleh pasukan Moskow.
Wali kota Melitopol, Ivan Fedorov, mengatakan pasukan Kremlin menderita kerugian besar setelah tentara Ukraina menyerang empat pangkalan militer Rusia di Melitopol, termasuk gudang tempat mereka menyimpan bahan bakar dan amunisi, serta area yang diubah menjadi barak oleh tentara Rusia.
"Lebih dari 200 Ruscist (tentara Rusia) hancur total, ini bukan menurut pejabat, tetapi menurut informasi yang cukup andal. Lebih dari 300 Ruscist (tentara Rusia) terluka," kata Fedorov dalam sebuah video yang diposting di saluran Telegram resminya.
Melansir dari IBTimes, Rabu 6 Juli 2022, Federov menambahkan bahwa mereka sekarang bersiap untuk menampung arus besar warga yang ingin mengungsi ke kota tenggara Zaporizhzhya.
Sejak awal perang, Rusia telah menderita kerugian besar di antara pasukan militernya. Hingga Selasa, 5 Juli 2022, total pasukan Rusia yang tewas mencapai 36.350 sejak perang dimulai pada Februari lalu, menurut Kementerian Pertahanan Ukraina.
Meningkatnya kematian di antara tentara Rusia telah menyebabkan moral yang rendah di antara pasukan. Pada 3 Juli 2022, Direktorat Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina merilis rekaman panggilan telepon yang disadap, di mana seorang tentara Rusia mengungkapkan bahwa pasukan di batalion keempat menangkap komandan mereka sendiri, setelah ia mencoba melarikan diri dari perang.
"Mereka memaksanya untuk tinggal, jadi dia tidak (lari). Itu karena mereka memiliki jumlah 300-an (luka) yang sangat besar. Dan kami juga memuat dan menyiapkan mobil kami kemarin, untuk melarikan diri dari sini. Tapi kami menerima perintah untuk tinggal. Kemarin, lebih dari 20.300-an (lebih dari 20 tentara yang terluka) diusir," kata tentara itu.
Rekaman itu mengikuti laporan sebelumnya dari Direktorat Intelijen Kepala Ukraina tentang gelombang pengunduran diri di antara militer Rusia dan layanan penegakan hukum, dengan lebih sedikit orang Rusia yang mau mendaftar dan bergabung dalam perang di Ukraina.
Pada akhir Juni, sekelompok wanita yang tinggal di Republik Buryatia Rusia menuntut pemerintah setempat untuk memanggil kembali suami mereka yang dikerahkan untuk perang, setelah 30 tentara dari brigade Rusia tewas.