Apa Arti Mobilisasi Militer Parsial Rusial 300.000 Orang ke Ukraina

Granat dan amunisi di lantai sekolah di Izium, Ukraina yang ditinggalkan Rusia
Sumber :
  • AP Photo/Evgeniy Maloletka

VIVA Dunia – Mobilisasi militer parsial tentara cadangan yang berjumlah 300.000 orang akan menuju ke Ukraina. Hal itu disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam siaran khususnya melalui saluran televisi pada Rabu, 21 September 2022.

Drone Bunuh Diri Iran Bombardir Suriah, Habisi Nyawa Warga Sipil

Barat kemudian menilai eskalasi perang Ukraina yang dimulai oleh Rusia itu kini kembali menunjukkan ketegangan yang semakin signifikan. Menhan Rusia Sergei Shoigu mengatakan pada dasarnya mobilisasi itu memanggil kembali warga Rusia yang punya pengalaman di militer maupun pernah latihan militer untuk membantu kekuatan perang Rusia.

Presiden Vladimir Putin saat menerima para dubes baru yang ditempatkan di Rusia

Photo :
  • Pavel Bednyakov, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP
Amerika: Pasukan Israel Takkan Mampu Habisi Hamas!

Lalu apa sebenarnya makna di balik dan tujuan mobilisasi parsial tentara Rusia ini?

Dilansir dari laman ABC News, Rabu 21 September 2022, setidaknya Rusia memiliki pasukan cadangan hingga 2 juta orang yang bisa dimobilisasi dengan aturan wajib ikut. Namun pernyataan Putin ini yakni mobilisasi diperlukan untuk dua hal besar.

Biadab, Tentara Israel Hancurkan Puluhan Rumah Badui di Gurun Negev

Pertama adalah Rusia sedang mempersiapkan kontrol penuh menganeksasi betul wilayah Ukraina yang diduduki mereka beberapa lama ini seperti Luhansk, Kherson dan sebagian Donetsk serta sebagian Zaporizhzhia. Oleh karena itu referendum akan dilakukan pada Jumat pekan ini. 

Warga kumpulkan obat-barang untuk diberikan ke Zaporizhzhia yang dikuasai Rusia

Photo :
  • AP Photo/Andriy Andriyenko

Namun Rusia berhitung bahwa dengan adanya kemenangan tentara Ukraina di sejumlah wilaha dalam sepekan terakhir maka wilayah yang akan direferendumkan itu perlu dijaga dan ditambah tentaranya. Profesor emeritus Ilmu Strategis dan Studi Pertahanan dari Australian National University Paul Dibb menjelaskan hal itu.

"Jadi apabila mereka memilih dan kemudian menjadi bagian dari Rusia artinya akan menjadi wilayah teritori Rusia dan segala serangan ke sana termasuk dari Ukraina berarti dianggap serangan dan perangi Rusia," kata Profesor Dibb.

Walaupun dia mengakui referendum yang dilakukan di sana juga diragukan transparansi dan kejujurannya sebagaimana pernah terjadi di Krimea tahun 2014.

Kedua, Kremlin yang mengontrol sebagian besar kamar parlemen sudah memasukkan aturan baru untuk memperketat hukuman bagi desertir tentara. Apabila disahkan dengan cepat maka orang yang menolak menjadi tentara atau tugas ketentaraan bisa dikenai hukuman 10 tahun penjara.

Tentara Ukraina kembali ke pos mereka di Izium usai direbut dari militer Rusia

Photo :
  • AP Photo/Evgeniy Maloletka

Presiden Putin dengan situasi ini disebutkan memang bak sedang menabuh genderang perang karena dia bersiap mencaplok wilayah yang lebih besar dan dengan alasan referendum memaksanya masuk Rusia kemudian menggertak Ukraina dengan pasukan yang datang lebih banyak.

"Memang kartu ada di tangannya sekarang yang bisa bermaksud memprovokasi konflik yang lebih jauh dan ini mengkhawatirkan," kata profesor itu lagi.

Diketahui pada pidatonya Putin mengatakan bahwa pemimpin Barat selama ini menakuti-nakuti bahwa Rusia akan menggunakan senjata nuklirnya. Namun Putin kepada rakyatnya mengatakan bahwa negaranya memang punya kemampuan yang lebih modern.

Warga di Izium, Ukraina dibagikan air minum usai kotanya bebas dari Rusia

Photo :
  • AP Photo/Evgeniy Maloletka

"Saya ingatkan bahwa negara kita juga punya sejumlah hal yang bisa amat mematikan dan merusak dan juga peralatan yang lebih modern," kata Putin.

"Ketika wilayah teritorial kita terancam maka untuk melindungi Rusia dan rakyat kita maka kita akan menggunakan alat-alat yang bisa menghancurkan itu," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya