Menteri Luar Negeri Retno Marsudi: Situasi Myanmar Justru Memburuk

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA Dunia – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berbicara secara terang-terangan bahwa situasi di Myanmar, negara anggota ASEAN, makin mengkhawatirkan alih-alih membaik setelah peristiwa kudeta oleh militer pada Februari 2021.

Prabowo: Gus Dur Dukung Saya dari Langit

Para pemimpin negara-negara di Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN, termasuk Presiden Joko Widodo, kata Retno Marsudi, telah mengupayakan peredaan kekerasan di negeri yang dahulu bernama Birma itu. Namun, pemimpin junta militer yang berkuasa di sana tak mengindahkan berbagai solusi yang ditawarkan ASEAN.

"Situasi Myanmar bukan membaik, ya, situasi Myanmar semakin mengkhawatirkan--kita punya semua data," kata Retno dalam wawancara eksklusif dengan VIVA pada program The Interview di Jakarta pada Selasa, 1 November 2022.

Olga Pura-pura Meninggal Agar Lolos dari Maut

Puing-puing berserakan usai serangan udara di negara bagian Kachin, Myanmar.

Photo :
  • AP Photo

Indonesia telah memprakarsai sejumlah pertemuan para pemimpin negara-negara ASEAN, di antaranya pertemuan para kepala negara di Jakarta pada April 2021 dan para menteri luar negeri di Jakarta pada 27 Oktober, untuk membahas perkembangan terkini di Myanmar. Bahkan, Myanmar mengutus jenderal seniornya untuk menghadiri pertemuan tersebut.

Indonesia Sends Representatives to 2024 Parkour World Cup in France

Pertemuan itu, kata Retno, menghasilkan lima poin kesepakatan dan alternatif solusi dan telah disampaikan secara resmi kepada pemerintah junta militer Myanmar. Tetapi, setelah satu setengah tahun berlalu, tak tampak ada upaya dari pemerintah junta untuk melaksanakan bahkan salah satu dari kelima poin tersebut.

"Alih-alih ada perbaikan situasinya justru memburuk terutama dari tingkat kekerasan," ujarnya, merespons sejumlah kejadian kekerasan oleh rezim militer di Myanmar. "Sudah lebih dari satu setengah tahun kita melihat tidak ada perkembangan yang signifikan dari implementasi; justru yang terjadi situasinya menjadi lebih buruk terutama masalah penggunaan kekerasan."

Presiden RI Jokowi di KTT ASEAN, Kamboja

Photo :
  • Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden

Khawatir ganggu stabilitas kawasan

Selain penggunaan kekerasan yang tak menunjukkan tanda-tanda mereda, para pemimpin ASEAN, menurut Retno, juga mengkhawatirkan situasi itu menjalar ke negara-negara tetangga dan mengganggu stabilitas kawasan. Di sejumlah kawasan, konflik internal satu negara bisa berdampak dan menular ke negara-negara lainnya dan menimbulkan ketidakstabilan kawasan.

Meski sejauh ini kondisi kawasan Asia Tenggara relatif stabil dan tak terpengaruh gejolak politik di Myamar, para pemimpin ASEAN meyakini tetap harus ada kebijakan untuk menghentikan kekerasan di negara itu. Presiden Joko Widodo lantas kembali berkomunikasi dengan para pemimpin negara-negara ASEAN hingga diselenggarakanlah Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Phnom Penh, Kamboja, 10-13 November 2022.

Para pemimpin ASEAN ingin mengingatkan kepada pemimipin junta Myanmar agar rezim itu menghormati dan melaksanakan lima butir kesepakatan yang telah direkomendasikan. "Kita ingatkan, penuhi dong kewajiban-kewajiban itu, karena kita berorganisasi," ujar Retno, memberikan penekanan dengan berharap itikad baik Myanmar.

Bagaimanapun, Retno mengakui, sejauh ini, belum ada indikasi perbaikain situasi di Myanmar. "Semua orang yang sangat mengkhawatirkan situasi yang tidak membaik," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya