Israel Mau Akhiri Perang di Jalur Gaza dengan Satu Syarat, Begini Respons PM Palestina

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu
Sumber :
  • Abir Sultan/Pool Photo via AP

Israel – Pejabat sipil dan militer Israel berencana untuk mengakhiri perang Gaza dengan syarat membentuk otoritas transisi yang memerintah wilayah tersebut. Rencana ini langsung menuai tanggapan dari Perdana Menteri (PM) Otoritas Palestina Mohammad Shtayyeh. 

Aksi Pro-Palestina di AS, Joe Biden: Tidak Boleh Ada Anti-Yahudi

Mohammad Shtayyeh menentang syarat yang diajukan Israel dan menyebut bahwa otoritas Palestina tidak akan kembali memerintah Gaza setelah konflik Israel-Hamas tanpa perjanjian komprehensif yang mencakup Tepi Barat sebagai negara Palestina. 

Namun Mohammad Shtayyeh, yang telah menjabat perdana menteri sejak 2019 itu, mengatakan bahwa Otoritas Palestina tidak akan bekerja sama tanpa kembali ke proses perdamaian sejati yang menghasilkan dua negara berdaulat.

26 Negara Uni Eropa Minta Netanyahu Hentikan Rencana Serangan Darat di Rafah

Presiden Jokowi dan PM Palestina Mohammad Ibrahim Shtayyeh

Photo :
  • Tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden

“Untuk meminta Otoritas Palestina pergi ke Gaza dan menjalankan urusan Gaza tanpa solusi politik untuk Tepi Barat, seolah-olah Otoritas Palestina akan menaiki F-16 atau tank Israel? Saya tidak menerimanya. Presiden kami [Mahmoud Abbas] tidak menerimanya. Tak satu pun dari kita akan menerimanya,” kata Shtayyeh dilansir dari The Guardian

Viral Fortuner Pelat Polri Ugal-ugalan, 2 Pemuda Tanggung Biadab Cekoki Lalu Perkosa Siswi SMP

“Saya pikir yang kita butuhkan adalah visi yang komprehensif dan damai. Tepi Barat membutuhkan solusi, dan kemudian menghubungkan Gaza dengan wilayah tersebut dalam kerangka solusi dua negara,” ungkap Shtayyeh di kantornya di Ramallah, Tepi Barat. 

Rencana Israel tersebut mungkin akan melibatkan negara-negara Arab. Namun, pemerintahan Benjamin Netanyahu bersikukuh bahwa mereka tidak berniat untuk kembali ke pemerintahan langsung di Gaza, seperti yang mereka lakukan sebelum tahun 2005. 

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu

Photo :
  • Abir Sultan/Pool Photo via AP

Shtayyeh berpendapat bahwa kebutuhan Israel akan orang lain untuk menjalankan wilayah tersebut menggantikan Hamas memberikan komunitas internasional sebuah peluang yang langka untuk kembali ke solusi dua negara yang telah dibongkar secara sistematis oleh Netanyahu selama masa jabatannya.

“Pertanyaannya bagi kita – masyarakat Israel, Amerika, Eropa, semua orang – adalah, bagaimana kita bisa memanfaatkan bencana ini sebagai peluang perdamaian?” dia berkata.

PA telah menyerukan pertemuan darurat Arab, yang diharapkan Shtayyeh akan diadakan pada 10 November, untuk memulihkan persatuan dalam pembentukan negara Palestina yang fungsional.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya