Iran Minta Israel Berhenti Serang Gaza: Semua Orang Akan Menderita

Menteri luar negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian.
Sumber :
  • Antara Foto/Xinhua.

Taheran – Menteri luar negeri Iran mengatakan pada Rabu, 17 Januari 2024, bahwa serangan terhadap Israel akan berhenti jika serangan di Gaza berakhir. Dia juga memperingatkan bahwa konflik tersebut dapat meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan membuat semua orang pada akhirnya menderita.

Prosepek Gencatan Senjata Menipis, Pemimpin Hamas dan Netanyahu Saling Menyalahkan

Republik Islam itu mendukung Hamas dalam perangnya dengan Israel, yang telah menghancurkan Gaza melalui serangan udara dan darat. Teheran juga menuduh Amerika Serikat (AS) mendukung kejahatan perang Israel di Gaza.

“Berakhirnya genosida di Gaza akan mengakhiri aksi militer dan krisis di wilayah tersebut,” kata Hossein Amir-Abdollahian di Forum Ekonomi Dunia di Davos.

Lebih 2 Ribu Mahasiswa yang Bela Palestina di Seluruh AS Ditangkap Polisi

“Keamanan Laut Merah terkait dengan perkembangan di Gaza, dan semua orang akan menderita jika kejahatan Israel di Gaza tidak berhenti. Semua front (perlawanan) akan tetap aktif," tambahnya.

VIVA Militer: Penyergapan tentara Israel oleh pasukan Hamas di Gaza

Photo :
  • ilkha.com
Menjelang Serangan Darat Israel, 100 Ribu Warga Gaza di Rafah Dievakuasi

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden pada minggu lalu menyebut Houthi di Yaman, yang didukung Iran, sebagai kelompok teroris. Pesawat tempur, dan kapal selam Amerika dan Inggris telah melancarkan puluhan serangan udara di Yaman semalam.

Milisi Houthi, yang menargetkan kapal kargo di Laut Merah sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina melawan Israel, telah mengancam akan memberikan respons yang kuat dan efektif terhadap serangan AS dan Inggris.

Amir-Abdollahian juga mengatakan Teheran berbagi informasi intelijen dengan Irak tentang aktivitas badan intelijen Israel Mossad di wilayah semi-otonom Kurdi Irak.

Iran mengatakan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) menyerang markas mata-mata Israel di Irak di kota Erbil pada 15 Januari 2024. Namun, Irak kemudian membantah bahwa ada pusat mata-mata semacam itu di negaranya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya