Migrant Care: Hargai Perasaan Korban

Menteri Malaysia, Rais Yatim
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

VIVAnews - Lembaga non pemerintah pejuang hak-hak pekerja Indonesia di luar negeri, Migrant Care, menyatakan bahwa isu perkosaan yang diduga dilakukan seorang menteri Malaysia pada 2007 berasal dari laporan investigasi mereka, yang sengaja tidak diungkapkan ke publik. Pasalnya, pihak korban meminta Migrant Care untuk tidak mengangkat kasus itu.

Demikian ungkap analis kebijakan publik Migrant Care, Wahyu Susilo. "“Itu adalah laporan kita yang bocor. Itu laporan internal, sama sekali tidak untuk dipublikasikan,” ujar Wahyu saat dihubungi VIVAnews, Kamis 6 Januari 2011.
 
Dia mengaku bingung setelah diberitahu bahwa laporan internal itu bisa sampai ke laman spesialis pembocor informasi rahasia, WikiLeaks, dan akhirnya diberitakan oleh media alternatif di Malaysia. “Saya juga tidak tahu WikiLeaks itu dapat darimana,” ujar Wahyu. Dia menyatakan organisasinya tidak pernah memberikan laporan itu kepada pihak media manapun.

Pemberitaan adanya dugaan perkosaan dari menteri senior Malaysia itu juga dilansir satu situs berita Malaysia, Harakah Daily, yang memberitakan bocoran data dari WikiLeaks. WikiLeaks dikabarkan mengacu pada blog Ahirudin Attan alias Rocky Bru, blogger Malaysia yang juga mantan Pemimpin Redaksi The Malaysia Mail.

Wahyu mengatakan bahwa laporan itu telah diberikannya kepada pihak-pihak yang berwenang, namun dia tidak memberikan rincian kepada siapa laporan itu diberikan. Dia mengatakan pemberian laporan itu hanya sebatas pengetahuan saja, namun tidak untuk ditindaklanjuti. Menurut Wahyu, itu adalah permintaan dari korban sendiri, yang diketahui berinisial Rb.

“Kami memang tidak punya niat untuk memperkarakannya, karena memang korban meminta seperti itu. Kalau kami mau, kami bisa saja melaporkannya, tapi korban tidak ingin melaporkannya. Kami menghargai perasaan korban,” ujar Wahyu.

Dalam blog Rocky Bru, muncul tautan (link) suatu dokumen mengenai dugaan perkosaan atas seorang pembantu Indonesia, berinisial Rb. Dokumen itu merupakan laporan investigasi Migrant Care setelah mengunjungi korban di rumahnya pada Juli 2007.

Dalam laporan tersebut, berdasarkan pengamatan VIVAnews, memaparkan keterangan perempuan bernama Rb, yang mengaku pernah diperkosa oleh majikannya, yang merupakan Menteri Malaysia. Dalam dokumen lembaga advokasi buruh migran itu, nama sang menteri dan jabatan spesifiknya, telah disensor dengan coretan spidol hilam.

Menurut laporan itu, Rb telah memiliki dua anak dan tinggal bersama suami dan keluarganya di suatu dusun di  Jawa Tengah. Dia mengaku pernah delapan tahun bekerja sebagai pembantu di rumah majikannya yang bergelar Datuk Seri itu.

Setelah dibujuk bercerita, barulah Rb mengungkapkan dia pernah diperkosa oleh majikannya. "Tetapi dia meminta dengan sangat supaya perkosaan ini tidak disebarluaskan karena dia takut dan malu akan tetangga-tetangganya dan lingkungan di kampungnya ," demikian tulis laporan itu. Suami korban pun meminta utusan dari Migrant Care agar "kejadian perkosaan istrinya dengan Datuk Seri * [coretan sensor] tidak di-blow up [diangkat ke publik]."

Isu ini mulai mendapat perhatian di Indonesia dan Malaysia. Menteri Informasi, Komunikasi dan Kebudayaan Rais Yatim disebut-sebut di sejumlah blog, dan laman berita alternatif Malaysia sebagai orang yang bertanggungjawab atas perkosaan seorang pembantunya asal Indonesia. Media yang melansir berita itu antara lain Asian Sentinel, dan Free Malaysia Today.  

Beberapa tokoh oposisi di Malaysia menantang Rais untuk melayangkan gugatan ke pengadilan atas laporan Migrant Care. Wahyu mengatakan bahwa Migrant Care siap mempertanggungjawabkannya. “Kami siap mempertanggungjawabkannya,” tegas Wahyu.

Nekat Datangi Markas TNI, Mayjen Gadungan Ini Ingin Nitip Kerabat Masuk Akmil

Baca: Bantahan Menteri Rais Yatim

Hyoyeon Girls Generation saat menggunakan kebaya Bali - Sunber Foto tangkapan layar Instagram @xosone_ss

Syuting Tak Berizin, Artis dan Kru Variety Show Pick Me Trip In Bali Diperiksa Imigrasi Ngurah Rai

Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Ngurah Rai melakukan pemeriksaan terhadap 31 WNA asal Korea Selatan dan 1 WNI dalam pembuatan film reality show' Pick Me Trip in Bali'.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024