Gerakan Non Blok Bergerak Sesuai Zaman

KTM Non Blok ke 16 di Bali.
Sumber :
  • AP Photo/Firdia Lisnawati

VIVAnews - Walaupun blok Barat dan Timur semakin bias, namun Gerakan Non Blok (GNB) masih dibutuhkan eksistensinya dalam menciptakan perdamaian dunia dan pemerataan pembangunan. Misi dalam GNB juga dipastikan sesuai dengan kondisi politik, ekonomi dan sosial pada masa kini.

Kakek 73 Tahun Tewas dengan Kepala Hancur, Pemuda Kena Prank Nikahi Gadis Ternyata Pria Tulen

Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Andri Hadi, di Nusa Dua, Bali, Selasa, 24 Mei 2011, mengatakan bahwa GNB pada awalnya dibentuk pada 1961 di tengah situasi perang nuklir dan kemiskinan yang parah di negara-negara baru merdeka dan berkembang. Relevansi GNB dengan kehidupan sosial masa kini dipertanyakan, namun Hadi mengatakan Indonesia akan membuktikan bahwa GNB masih diperlukan dunia. 

"GNB hadir dalam kerangka emansipasi politik. Lalu, apakah GNB masih relevan ketika Blok Barat dan Timur sudah tidak ada lagi. Nah, Indonesia akan membuktikan relevansi itu,” ujar Hadi.

Cek Fakta: Guinea Mundur, Timnas Indonesia U-23 Lolos Olimpiade 2024

Salah satu cara untuk merelevankan fungsi GNB adalah melakukan revitalisasi GNB untuk memenuhi kebutuhan negara-negara yang masih miskin, terbelakang, dan syarat akan kesenjangan ekonomi. Ini berarti kembali ke niat awal pembangunan GNB yaitu memusnahkan kesenjangan antar negara, dan hal ini masih terus bisa dilakukan hingga kini.

"Tentu saja, GNB harus melakukan pendekatan yang lebih konstruktif, karena situasinya telah berbeda dengan 50 tahun lalu, ketika ia pertama kali dibentuk,” katanya.

Polri Gandeng 3 Negara Buru Gembong Narkoba Fredy Pratama

Wakil Tetap RI untuk PBB, Duta Besar Hassan Kleib mengatakan ada tiga isu besar yang menjadi fokus Konferensi Tingkat Menteri GNB yang akan dilakukan besok, yaitu keamanan dan perdamaian, pembangunan dan demokrasi dan HAM. 

Kleib mengatakan bahwa GNB juga mempunyai pengaruh besar dalam meloloskan resolusi di PBB. Hal ini tentunya menguntungkan bagi negara-negara anggota GNB yang menginginkan kemajuan. "Sebut saja misalnya untuk mendorong satu resolusi, Indonesia bisa memanfaatkan GNB untuk meloloskannya. Dan, kita selalu menang,” katanya.

Hal senada dikatakan Inspektur Jenderal Kementerian Luar Negeri RI, Sugeng Rahardjo. Dikatakan, tak perlu lagi ada pertanyaan tentang relevansi GNB di masa kini. Sebab ada banyak tantangan yang dihadapi oleh GNB untuk dicarikan jalan keluarnya. Selain soal keterbelakangan, katanya, mulai tumbuh kemiskinan ekstrim yang semakin bertambah pada tahun 2010. 

“Kemiskinan ekstrim bertambah 64 juta pada 2010. Setiap 1 penduduk Negara maju memiliki pendapatan rata-rata 72 kali lipat penduduk Negara berkembang. Selain itu soal terorisme dan merebaknya konflik intra dan antar Negara, perubahan konstelasi geo-politik di Timur Tengah serta perubahan iklim dan krisis energi menjadi tantangan tersendiri bagi GNB untuk dipecahkan,” jelas Rahardjo. 

Laporan: Bobby Andalan | Bali    

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya