- REUTERS/Jessica Rinaldi
VIVAnews - Upaya pertama yang perlu dilakukan untuk pembangunan dan perdamaian di Timur Tengah adalah menghapuskan ketidakadilan yang dialami oleh Palestina. Untuk mengatasi hal ini, Indonesia berada di garda depan pendukung rakyat Palestina dalam mewujudkan kehidupan yang aman dan damai.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, dalam sesi debat umum Sidang Tahunan Majelis Umum PBB ke 66 di Markas Besar PBB New York, 26 September 2011 waktu setempat. Dalam pidatonya, Natalegawa menegaskan kepada para delegasi yang hadir bahwa Indonesia tidak akan berhenti mendukung Palestina.
"Dukungan Indonesia terhadap kehendak dan hak-hak rakyat Palestina untuk hidup secara bebas, damai, adil dan bermartabat di tanah air mereka, telah berlangsung cukup lama dan tidak akan pernah berhenti," kata Natalegawa.
Dorongan transformasi demokrasi di kawasan Afrika dan Timur Tengah, kata Natalegawa, tidak sejalan dengan penentangan hak-hak dasar warga Palestina. Akibat aksi blokade dan pendudukan Israel, banyak warga Palestina yang hidup menderita.
"Indonesia sangat prihatin atas kerugian yang dialami dan jatuhnya korban dari kalangan rakyat sipil yang tidak bersalah. Pertumpahan darah dan penggunaan kekerasan harus segera dihentikan," tegas Natalegawa.
Masih Dirundingkan
Upaya Palestina dalam memperjuangkan eksistensinya di PBB masih belum membuahkan hasil. Pekan lalu, Presiden Mahmoud Abbas telah menyerahkan proposal keanggotaan tetap Palestina kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon. Proposal ini masih harus dirundingkan dulu di antara negara anggota dan di Dewan Keamanan.
Langkah ini ditentang oleh Israel dan Amerika Serikat yang menginginkan adanya perundingan damai sebelum kedaulatan Palestina diakui. AS bahkan mengancam akan memveto langkah proposal Palestina di Dewan Keamanan.
Natalegawa menyayangkan hal ini. Dalam pidatonya, dia mengatakan bahwa mendukung keinginan Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB adalah salah satu solusi politik. Langkah ini dilakukan agar rakyat Palestina dapat menentukan masa depan mereka sendiri.
Hal ini, lanjutnya, konsisten dengan visi solusi dua negara, yaitu solusi damai, adil dan komprehensif di Timur Tengah. "Fokus perhatian dunia terhadap isu Palestina saat ini, seharusnya disalurkan melalui cara yang konstruktif, menuju pencapaian kemitraan yang inklusif diantara negara PBB," jelas Natalegawa.