Isu Laut China Selatan Juga Jadi Tugas ASEAN

Kepulauan Spratly di Laut China Selatan.
Sumber :
  • REUTERS/Rolex Dela Pena/Pool

VIVAnews - ASEAN mencoba untuk tidak memberikan persepsi negatif perihal keberadaan tentara Amerika Serikat di Darwin, Australia, yang dikhawatirkan dapat mengganggu stabilitas di Laut China Selatan. Aman atau tidaknya kawasan ini akan menjadi tugas ASEAN untuk memastikannya.

Hal ini disampaikan Sekretaris Jenderal ASEAN, Surin Pitsuwan, saat ditemui wartawan di sela-sela rangkaian KTT ASEAN dan KTT Terkait di Bali hari ini. Dia juga mengatakan, ketakutan dan kekhawatiran akan adanya ketegangan antara China dan AS terkait penempatan tentara AS di darwin bukanlah yang diinginkan ASEAN

"Kami berharap persepsi ketegangan dan konflik yang coba diciptakan sebagian orang tidak akan terjadi di ASEAN," kata Surin.

Terciptanya perdamaian di Laut China Selatan, lanjut Surin, turut menjadi tugas ASEAN. Sejauh ini dia mengaku tidak melihat sesuatu yang perlu dikhawatirkan.

"Saat ini tergantung ASEAN untuk menggunakan jalan diplomatik demi memastikan apakah pada akhirnya agenda-agenda konflik akan tercapai stabilitas," kata mantan Menteri Luar Negeri Thailand itu.

Setelah membicarakan penguatan integrasi keamanan, ekonomi, dan sosial budaya di Asia Tenggara pada 17 November 2011, ASEAN selama dua hari berikut menggelar dialog dengan para mitra eksternal mereka, yang dikenal sebagai negara-negara besar, yaitu Amerika Serikat, China, Korea Selatan, Jepang, Rusia, Australia hingga India. Hingga akhir pekan ini, para pemimpin itu akan berdialog mengenai stabilitas kawasan dan juga dunia.

Tidak tertutup kemungkinan bahwa mereka turut membahas isu-isu terkini yang tengah mendapat sorotan internasional, seperti konflik di Laut China Selatan dan rencana terbaru AS memperkuat kehadiran militernya di Asia.

Prabowo Tak Hadir di Acara Halal Bihalal PKS, Ini Alasannya

Lahan Konflik

Menurut kantor berita Reuters, Laut China Selatan dihuni lebih dari 200 pulau kecil, batu, dan karang. Laut China Selatan membentang dari pesisir China dan Taiwan di utara, Vietnam di sebelah barat, Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia, dan Singapura di selatan dan barat daya, hingga ke Filipina di sebelah timur.

Kawasan maritim ini telah lama menjadi sumber konflik antara Vietnam, Malaysia, Filipina, Brunei, China, dan Taiwan. Selain mempermasalahkan batas zona ekonomi ekslusif, sejumlah negara juga saling mengklaim kepemilikan Pulau Spratly dan Paracel di wilayah perairan itu.

Masalahnya, China ingin menyelesaikan krisis itu melalui negosiasi secara bilateral, bukan melalui forum multilateral. Namun, negara-negara lain menginginkan penyelesaian secara multilateral atau regional.

Soal Anggapan Raja Penalti Liga 1, Begini Pembelaan Arema FC
Tokoh agama Papua

Tokoh Agama Papua: Jangan Ikut Ajakan Sesat Aksi Demo 1 Mei, Pihak Tidak Bertanggungjawab

Adapun aksi demonstrasi tersebut itu rencananya digelar di Jayapura pada 1 Mei yang diklaim sebagai Hari Aneksasi Papua ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024