Lahan Dicaplok, Warga China Blokade Desa

Warga desa Wukan turun ke jalan, protes pencaplokan lahan
Sumber :
  • REUTERS/Stringer

VIVAnews - Ribuan warga Desa Wukan, Provinsi Guangdong, China, sudah tujuh hari memblokade desa dan turun ke jalan, memperingati kematian warga desa yang disiksa polisi. Warga itu, Xue Jinbo, dianggap sebagai martir perjuangan rakyat desa yang rumahnya digusur pemerintah kota.

Seperti diberitakan CNN, Jumat 16 Desember 2011, warga desa yang terletak di selatan China ini menggelar upacara belasungkawa. Anggota keluarga yang melihat langsung jasad Xue mengatakan lelaki itu mati disiksa. Mereka meminta jenazahnya dikembalikan kepada keluarga untuk diotopsi.

Menurut laporan polisi, Xue meninggal pada Minggu, 11 Desember lalu, setelah sehari sebelumnya kondisinya kritis. Xue bersama 13 warga desa lainnya ditangkap terkait kerusuhan September lalu, menyusul protes warga terhadap pencaplokan lahan oleh pemerintah lokal untuk kemudian dijual kepada sebuah perusahaan pengembang, Country Garden. 

Xue dan 13 rekannya adalah wakil warga yang bernegosiasi dengan polisi dan pemerintah daerah. Kepolisian wilayah tersebut mengatakan Xue adalah salah satu pemicu bentrokan selama dua hari di Wukan.

Rektor UNU Gorontalo Resmi Dilaporkan Polisi atas Kasus Dugaan Pelecehan Seksual

Namun, keluarganya membantah dan mengatakan Xue sama sekali tidak terlibat.

Polisi akan membebaskan para tahanan dan mayat Xue akan dipulangkan jika warga membuka akses desa. Sejak Minggu, warga memblokade desa. Polisi terus berjaga di sekitar lokasi.

Sebelumnya, pada September lalu, sekitar 1.000 polisi bentrok dengan warga saat pemerintah kota mencoba mengambil lahan pertanian terakhir mereka. Ratusan terluka.

Warga marah. Pasalnya, tanah seluas 404 hektar tersebut dijual oleh pemerintah daerah. Warga tidak mendapat keuntungan sepeser pun dari penjualan yang mencapai 700 juta yuan atau sekitar Rp6,3 triliun. Penjualan tanah ini menjadi titik kulminasi kemarahan warga Wukan yang sejak dulu merasa dicurangi oleh pemerintah lokal.

Selama 10 tahun terakhir, warga mengatakan, 10 ribu rumah di desa nelayan tersebut direnggut secara ilegal dan dijual ke pengembang. Lahan yang mereka pertahankan kali ini adalah mata pencaharian terakhir mereka. "Kami hanya ingin tanah kami dikembalikan, untuk menafkahi keluarga kami," kata salah seorang warga, Huan.

Setiap hari selama seminggu terakhir, ribuan warga desa berkumpul di jalanan. Mereka menggelar rapat dan berorasi. The Telegraph menuliskan, semenjak kejadian ini pecah, puluhan pekerja pemerintah di kantor pemda tidak terlihat batang hidungnya. Mereka kebanyakan adalah orang-orang dari partai berkuasa, Partai Komunis China.

Reaksi Beijing

Tertutup dari dunia luar, makanan mereka menipis, tapi semangat mereka tidak padam dalam mempertahankan hak mereka. "Kami ingin mereka bertanggung jawab atas pertumpahan darah September lalu, mengakui adanya kesalahan hukum, dan mengembalikan semua tanah kami," kata Yang Semao, salah satu perwakilan warga.

Harapan mulai muncul. Yang mendapat kabar bahwa pemerintah pusat di Beijing sudah mencium hal ini dan akan mengirimkan tim penyelidik ke Wukan. "Dalam beberapa hari ke depan, beberapa orang pejabat lokal akan ditahan karena korupsi," kata Yang.

Kendati menyatakan akan menyelidiki kasus di Wukan, pemerintah pusat telah mengambil langkah agar kasus ini tidak memicu keresahan warga China secara keseluruhan. Salah satunya adalah melakukan sensor terhadap pencarian kata "Wukan" di Internet dan media sosial. (kd)

5 Fakta Mengerikan Timnas Indonesia Usai Singkirkan Korea Selatan di Piala Asia U-23
 Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia

Golkar Tepis Isu Istri Ridwan Kamil Mundur dari Bursa Pilkada Kota Bandung

Istri Ridwan Kamil, Atalia Praratya, dikabarkan mundur dari bursa pencalonan Pilkada Kota Bandung. Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia menepis kabar itu.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024