- REUTERS/USAF/Staff Sgt. Greg L. Davis/Handout/Files
VIVAnews - Amerika Serikat dalam beberapa tahun ke depan sibuk membuat pesawat-pesawat tempur pesanan dari Timur Tengah. Situasi itu cukup membantu AS untuk mengatasi krisis ekonomi, yang menjadi isu krusial bagi para kandidat presiden AS, termasuk Barack Obama, pada Pemilu 2012.
Menurut kantor berita Reuters, dalam beberapa pekan terakhir muncul pengumuman dari pemerintah AS mengenai proyek pembuatan maupun pemutakhiran jet-jet tempur F-16 dan F-15 buatan Lockheed Martin Corp. dan Boeing Corp. ke Irak, Arab Saudi, dan Oman.
Tidak hanya ke Timur Tengah, VIVAnews juga mencatat bahwa AS juga akan menghibahkan 24 unit pesawat tempur bekas F-16 ke Indonesia. Namun armada pesawat itu perlu dimutakhirkan (upgrade) dan biayanya harus ditanggung oleh penerima hibah.
Penjualan jet-jet tempur beserta peralatan militer lainnya ke luar negeri dalam partai besar dipandang cukup membantu Departemen Pertahanan AS untuk menalangi pemotongan anggaran dari pusat sebesar US$450 miliar pada 2021. Pentagon juga harus menghadapi pemangkasan tambahan sebesar US$500 miliar hingga US$600 miliar untuk sepuluh tahun ke depan yang direncanakan mulai bergulir tahun depan.
Selain mendatangkan pemasukan bagi kas negara, penjualan peralatan militer itu juga dipandang akan membantu upaya mengatasi pengangguran yang sedang tinggi-tingginya di AS. Tingkat pengangguran di Negeri Paman Sam saat ini sebesar 8,6 persen. Masalah itu akan menjadi isu sensitif yang akan ditonjolkan para kandidat presiden AS, yang awal tahun ini akan mulai berkampanye untuk Pemilu pada November mendatang.
Itulah sebabnya bahwa pemerintahan Obama pada pekan terakhir 2011 antusias mengumumkan penjualan F-15 ke Arab Saudi senilai US$29,4 miliar. Pengiriman tahap pertama pesawat F-15 seri terbaru sebanyak 84 unit akan berlangsung pada 2015. Setahun sebelumnya AS akan siap mengirim 70 unit F-15 yang telah dimutakhirkan ke Arab Saudi.
Kesepakatan penjualan jet tempur ke Arab Saudi sudah disetujui Kongres AS pada 2010. Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, mengatakan bahwa kesepakatan itu tidak saja memperkuat hubungan dengan Saudi, yang menjadi mitra strategis AS dalam mengantisipasi ancaman dari Iran di Timur Tengah, namun juga membantu AS dalam menciptakan lebih dari 50.000 pekerjaan.
Proyek ini akan melibatkan sekitar 600 pemasok di 44 negara bagian di AS sekaligus menggenjot pemasukan bagi ekonomi Negeri Paman Sam US$3,5 miliar per tahun, demikian ungkap Asisten Menteri Luar Negeri bidang Hubungan Politik-Militer, Andrew Saphiro.
"Ini tidak hanya mendukung lapangan kerja di sektor dirgantara namun juga di basis manufaktur dan bidang lain, yang semuanya penting dalam menunjang pertahanan nasional," kata Saphiro.
AS juga menerima proyek pembuatan jet tempur F-16 senilai US$600 juta. Pemesannya adalah Oman. Produsen pesawat, Lockheed, juga mengerjakan proyek senilai US$835 juta untuk membuat 18 unit F-16C/D untuk Irak.
Obama pun pada 12 Desember lalu juga mengusulkan kepada Kongres agar membuka penjualan baru 18 unit F-16 kepada Irak, beserta amunisi dan peralatan pendukung dengan nilai kontrak US$2,3 miliar.
Selain jet tempur, AS juga sepakat mengirim roket anti rudal kepada Uni Emirat Arab. Nilainya sekitar US$3,5 miliar.