Menlu Marty: RI Tak Ingin ASEAN-China Retak

Menlu Natalegawa bersama Menlu China Yang Jiechi
Sumber :
  • REUTERS/Supri

VIVAnews - Indonesia tidak ingin hubungan harmonis antara ASEAN dan China menjadi retak karena isu-isu sensitif, seperti sengketa teritorial di Laut China Selatan. Untuk itu, Indonesia belakangan ini aktif mengerahkan pendekatan diplomasi untuk mencegah keretakan itu.

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, saat diwawancara kantor berita Reuters, menyadari masih adanya perbedaan pandangan di kalangan anggota ASEAN soal bagaimana menyikapi polemik dengan China soal isu Laut China Selatan. Ini yang membuat mereka, untuk kali pertama dalam sejarah ASEAN, gagal merumuskan Komunike Bersama dalam pertemuan tingkat menteri luar negeri di Kamboja Juli lalu.

"Itu tidak bagus...Kami perlu berupaya lebih baik di lain waktu," kata Natalegawa dalam wawancara di sela-sela kunjungannya di Ibukota Kanada, Ottawa, Kamis waktu setempat.

Perbedaan pandangan di kalangan ASEAN itu tak lepas dari meningkatnya pengaruh China di Asia Tenggara. Beijing telah menjalin hubungan yang lebih erat dengan beberapa anggota ASEAN, seperti Kamboja dan Myanmar.

Namun, untuk isu Laut China Selatan, Tiongkok bersengketa dengan Filipina dan Vietnam, yang sama-sama mengklaim beberapa pulau dan batas laut di perairan itu. Situasi itulah, yang membuat ASEAN belakangan ini terlihat tidak solid dalam membuat sikap bersama terkait sengketa di Laut China Selatan.  

Anggota ASEAN lain, Brunei Darussalam, juga berkepentingan atas klaim batas wilayah di Laut China Selatan, walau belum terlihat terlibat sengketa langsung dengan Beijing. Kaya akan hasil laut dan sumber energi, tidak heran bila Laut China Selatan menjadi rebutan sejumlah negara pesisir di sekitarnya.

Masyarakat internasional khawatir sengketa itu berkembang menjadi lahan konflik baru dan mengancam stabilitas dunia. Indonesia, kata Natalegawa, tidak ingin adanya instabilitas kawasan terkait konflik di Laut China Selatan.

Dia yakin pada dasarnya tidak ada satu negara pun di Asia Tenggara maupun di Asia Timur yang sengaja "bersikap agresif" atas masalah itu sehingga akan merusak hubungan internasional yang damai di kawasan. "Namun yang kita lihat adalah risiko salah perhitungan atau salah persepsi dan aksi yang menyebabkan reaksi balasan dan efek berantai," kata Natalegawa.

Takut Alquran, Mantan Artis Cilik Ini Akhirnya Putuskan Mualaf

Tata Perilaku

Maka, sebagai anggota ASEAN, Indonesia tengah mengupayakan instrumen untuk mengatasi masalah itu. Salah satunya adalah membuat tata perilaku (code of conduct) yang bersifat mengikat atas Laut China Selatan. Aturan ini menjamin bila ada satu negara yang terlibat menahan diri, yang lain juga akan mengikuti.

"Kami ingin jangan ada prasangka buruk antara satu dengan yang lainnya dan pada akhirnya masuk dalam lingkaran setan. Inilah yang Indonesia lakukan," kata Natalegawa. "Kami ingin terlibat dengan berkata, 'Mari bersikap tenang, jangan gegabah berada di jalur yang tidak kita inginkan.' Hindari tipe mentalitas ala Perang Dingin, seolah-olah ada masalah-masalah baru," lanjut dia.

Sementara itu, China sendiri belum memberi sikap yang jelas atas tata perilaku atas Laut China Selatan yang diusulkan Indonesia. Detail aturan itu masih belum jelas. Namun, ungkap Natalegawa, tidak ada respon negatif dari Menteri Luar Negeri Yang Jiechi dari China saat mereka berbicara mengenai isu itu di Jakarta beberapa pekan lalu.

Ratusan Korban Banjir di Sulawesi Tenggara Mengungungsi Mandiri, Menurut BNPB
Daud Yordan ketika menghadapi Panya Uthok

Ketika Daud Yordan Bertemu Pendukung Prabowo Jelang 'Pertarungan' di Senayan

Legenda tinju Indonesia, Daud Yordan terpilih sebagai anggota DPD RI di Kalimantan. Mantan juara dunia itu meraup perolehan suara sekitar 527 ribu.

img_title
VIVA.co.id
11 Mei 2024